Sabtu, 21 Mei 2016
LAPORAN PRAKTIKUM KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
BAB I
PENDAHULUAN
- 1. Latar Belakang
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat tekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.
Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.
- Tujuan Praktikum
Menentukan bobot jenis beberapa cairan (Anonim, 2013)
Menentukan kerapatan beberapa padatan (Anonim, 2013)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- 1. Dasar Teori
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.
Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel, 2006) Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel, 2006) :
Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan penyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :
0,80 =
Jika suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)
120
Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air dianggap berbobot 1 g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot (Ansel, 2006) :
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya. (Martin, 1993) :
(d) =
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
- Bobot jenis sejati
- Bobot jenis nyata
- Bobot jenis efektif
- 2. Uraian Bahan
1 | Air suling (Ditjen POM, 1979) | |||||
Nama resmi | : | Aqua destillata | ||||
Nama lain | : | Aquadest | ||||
RM / BM | : | H2O / 18,02 | ||||
Bobot jenis | : | 0,997 g/ml (250C) | ||||
Pemerian | : | Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa | ||||
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik | ||||
Kegunaan | : | Sebagai larutan uji | ||||
2 | Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979) | |||||
Nama resmi | : | Oleum Cocos | ||||
Nama lain | : | Minyak kelapa | ||||
BM | : | 0,845 – 0,905 g/ml | ||||
Bobot jenis | : | 0,903 g/mL | ||||
Pemerian | : | Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas, tidak tengik | ||||
Kelarutan | : | Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 600C; sangat mudah larut dalam kloroform P dan juga mudah larut dalam eter P. | ||||
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. | ||||
Kegunaan | : | sebagai sampel | ||||
3 | Alkohol (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | Aethanolum | |
Nama lain | : | Etanol, etil alcohol | |
BM/RM | : | 46, 07 / C2H6O | |
Bobot jenis | : | 0,8119–0,8139 gr/mL | |
Pemerian | : | Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut. Menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api | |
Kegunaan | : | Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur. |
- 3.
4. | Asam borat (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | ACIDUM BORICUM | |
Sinonim | : | Asam borat, Asam ortoborat | |
BM/RM | : | H3BO3 / 61,83 | |
Kerapatan | : | 1,435 gr/mL | |
Pemerian | : | Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian manis | |
Kelarutan | : | Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian airmendidih,dalam 16 bagian etanol (95 %)p dan dalam 5 bagian gliserol p | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik |
5. | Gliserin (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | GLYCEROLUM | |
Sinonim | : | Gliserin | |
BM/RM | : | C3H8O3 / 92,09 | |
Bobot jenis | : | 1,2620 g/mL | |
Pemerian | : | Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus. | |
Kelarutan | : | Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak menguap. | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik | |
Kegunaan | Sebagai pelarut |
- 4.
6 | Parafin (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | PARAFFINUM | |
Sinonim | : | Parafin | |
BM/RM | : | C3H8O3 / 92,09 | |
Bobot jenis | : | 0,84 – 0,89 g/mL | |
Pemerian | : | Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak. | |
Kelarutan | : | Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat; sukar larut dalam etanol mutlah. | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap panas berlebih. | |
Kegunaan | Sebagai pelarut |
7 Komposisi sirup Melon ( Marjan) :
– Gula
– Air
– Perisa Melon
– Sari Buah Melon
– Pengawet Natrium Benzoat
– Pengaturan keasamaan
– Pewarna tartrazin C1 19140
– Biru berlian C1 42090
- 5. Prosedur Kerja
- Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 mL.
- Ukur volume zat padat.
- Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan 1.e
- Timbang zat padat sebanyak 10 gram
- Masukkan ke dalam gelas ukur
- Ketuk sebanyak 200 kali ketukan
- Ukur volume yang terbentuk
- Hitung kerapatan mampat dengan persamaan 1.d
- Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)
- Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian dari volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
- Isikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya.
- Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
- Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya
- Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2)
- Hitung kerapatan zat meenggunakan persamaan 1.c
- Gunakan piknometer yang bersih dan kering
- Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
- Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
- Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan 1.b
BAB III
CARA KERJA
- 1. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: piknometer 25 mL, gelas ukur 25 mL, timbangan digital dan pipet tetes.
Bahan :
Adapun bahan-bahan yang digunakanpada praktikum ini adalah: asam borat, parafin cair, alkohol 70 %, minyak kelapa dan air suling.
- 2. Langkah Percobaan
- Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram,
- Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL,
- Diukur volume zat padat,
- Dihitung kerapatan bulk menggunakan persamaan:
Penentuan Kerapatan Mampat
- Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram,
- Dimasukkan ke dalam gelas ukur,
- Diketuk sebanyak 200 kali ketukan,
- Diukur volume yang terbentuk,
- Dihitung kerapatan dengan menggunakan persamaan:
Penentuan Kerapatan Sejati
- Ditimbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1),
- Diisi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya,
- Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3),
- Diisikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya,
- Ditimbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4),
- Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya,
- Ditimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2),
- Dihitung kerapatan zat menggunakan persamaan:
Penentuan Bobot Jenis Cairan
- Digunakan piknometer yang bersih dan kering,
- Ditimbang piknometer kosong (W1), lalu diisi dengan air suling, bagian luar piknpmeter dilap sampai kering dan ditimbang,
- Dibuang air suling tersebut, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan ditimbang,
- Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
- 1. Hasil dan Perhitungan
Bobot Zat ( g )
|
10 g
|
Volume Bulk ( ml )
|
11,5 ml
|
Kerapatan Bulk (
|
0,869
|
Kerapatan Mampat
Bobot zat (gr)
|
10 gr
|
Volume Mampat (mL)
|
10,1 mL
|
Kerapatan Mampat
|
0,990
|
Kerapatan Sejati
Bobot Piknometer Kosong (gr)
|
9,6320 gr
|
Bobot Pikno + Zat Cair (gr)
|
31,0016 gr
|
Bobot Pikno + Zat Padat (gr)
|
27,0712 gr
|
Bobot jenis zat padat+cair
|
38,4291
|
Bobot Jenis Zat Cair
- 1. Alcohol 70%
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
34,0548 g
|
Bobot jenis zat padat + Zat Cair (g/ml)
|
0,9607 g/ml
|
- 2. Gliserin
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
32,6729 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
|
0,9062 g/ml
|
- 3. Minyak Kelapa
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
33,0129 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
|
0,9196 g/ml
|
- 4. Sirup Marjan Melon
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
44,4489 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
|
1,3700 g/ml
|
2. Pembahasan
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot
zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
desimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis.
Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan
volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian
kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan
bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Setelah piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain.
Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Akhirnya piknometer yang berisi sampel ditimbang.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat daripada penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer, tetapi biasanya dapat menunjukkan hasil yang tidak tepat.
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot jenis dan kerapatan zat. Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai yaitu asam borat sebanyak 10 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk, mampat dan kerapatan sejati. Pada kerapatan bulk, tidak diberi perlakuan apapun, zat yang akan dihitung kerapatannya langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volume bulk. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk. Berbeda dengan kerapatan bulk, pada kerapatan sejati memiliki perlakuan khusus, untuk memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 200 ketukan hingga zat yang ada di dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya dihitung kerapatan mampat. Untuk kerapatan sejati, asam borat yang dimasuk kedalam piknometer diisi dengan paraffin cair. Keberadaan paraffin cair untuk melarutkan asam borat. Selanjutnya hitung kerapatan sejatinya.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml, untuk kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 0,990 g/ml dan kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435. Jika dibandingkan antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,3068.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bobot jenis zat cair. Alat yang digunakan untuk menentukan bobot jenis zat cair yaitu piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat cair yaitu minyak goreng, gliserin, akohol dan sirup marjan melon, diperoleh bobot jenis yang berbeda – beda dari masing – masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml, bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml dan bobot jenis untuk sirup adalah 1,370 g/ml. Berdasarkan literatur, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,903 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,255 g/ml, bobot alkohol 0,8119 g/ml. Namun dari semua zat cair yang di ukur bobot jenisnya, sirup marjan melon memiliki bobot jenis yang paling berat dari yang lainnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).
- 2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
- Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
- 4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus :
Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.
Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam borat tidak dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua pori asam borat.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
- Kesalahan pembacaan skala pada alat
- Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
- Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
- Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
- Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atu titik air dalam piknomter setelah dipanaskan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :- Kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml.
- Kerapatan mampat dengan sampel asam borat kerapatannya adalah 0,990 g/ml.
- Kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml.
- Bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml.
- Bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml.
- Bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml.
- Bobot jenis untuk sirup melon marjan adalah
2 SARAN
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan waktu dengan membagi beberapa praktikum kepada masing-masing kelompok. Alat-alat laboratorium agar segera dilengkapi untuk menunjang jalannya praktikum.
SKEMA KERJA
- Menentukan Kerapatan Bulk
Ukur volume-nya
|
Hitung kerapatan bulk
|
ASAM BORATSAM BORAT
|
- Menentukan Kerapatan Mampat
Ukur volume-nya
|
Hitung kerapatan bulk
|
ASAM BORATSAM BORAT
|
W4
|
W3
|
W1
|
+ asam borat + paraffin cair
|
ditimbang
|
+ asam borat 2/3 bgn
|
ditimbang
|
ditimbang
|
W2
|
+ paraffin cair
|
Hitung kerapatan zat-nya
|
ditimbang
|
W3
|
W2
|
W1
|
W3
|
W3
|
W3
|
Hitung Bobot Jenis Cairan
|
+ gliserin
|
+ minyak kelapa
|
+ sirup
|
ditimbang
|
ditimbang
|
ditimbang
|
+ alkohol
|
ditimbang
|
+ air suling
|
ditimbang
|
ditimbang
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim IndonesiaAnsel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ditjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”.:Jakarta
Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta
Lachman,Leon.1994.’’Teori Dan Praktek Farmasi Industri’’.Jakarta:Universitas Indonesia.
Sabtu, 30 April 2016
LAPORAN KIMIA TENTANG KOROSI
Biologi: LAPORAN KIMIA TENTANG KOROSI: LAPORAN KIMIA “PENGUJIAN KOROSI PADA PAKU” 1. A hmad Slavia 2. De wi...
Langganan:
Postingan (Atom)