Sabtu, 21 Mei 2016

PEMURNIAN NAFTALENA DENGAN CARA SUBLIMASI

pembahasan Pemurnian Naftalen Dengan Cara Sublimasi

Pemurnian Naftalen Dengan Cara Sublimasi

PEMBAHASAN

Sublimasi adalah salah satu pemisahan zat-zat yang mudah menyublim. perubahan wujud zat padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas, sebaliknya jika suhu gas tersebut diturunkan maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi panas. Gas yang dihasilkan ditampung lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan campuran pada sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Begitupun syarat sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia mudah menguap agar mudah proses sublimasinya.

Pada percobaan sublimasi, Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi dikarenakan karena sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan Kristal yang tak bewarna (Riswiyanto,2003). Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristalkembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat ke gas. Pada percobaan diperoleh berat naftalen murni yaitu 0,37 gram yang sebelumnya berat naftalen adalah 0,5 gram. Berat naftalen yang didapatkan lebih sedikit dari pada jumlah awal dari naftalen sebelum sublimasi.

Dalam percobaan sublimasi tidak dilakukan pengujian titk leleh. Untuk memestikan Kristal naftalen yang didapat yaitu dari bentuk Kristal yang seperti jarum (monoklin) dan bentuk Kristal yang didapatkan lebih tipis dan jernih dari pada sebelum sublmasi.

Berdasarkan hasil perhitungan %rendemen kristal adalah 74%, nilai % rendemen ini tidak terlalu akurat (kurang mendekati 100%), hal ini disebabkan saat praktikum, yaitu:

1.      Naftalen yang diletakkan didalam gelas kimia tidak terpusat ditengah (tercecer), sehingga ketika proses sublimasi, tidak semua menempel pada erlenmeyer dan karena luasnya permuakaan tempat naftalen diletakkan, sehingga sebagian menguap ke udara

2.      luas permukaan erlenmeyer yang besar, sehingga kristal naftalen tersebar ke segala bagian bawah erlenmeyer, baik di tengah ataupun disampingannya, sehingga menyulitkan ketika dilakukan pengambilan dengan spatula

3.      kristal yang terbentuk tidak semua terbawa oleh spatula, karena sulitnya saat pengambilan dimana es batu dalam erlenmeyer yang mulai mencair, sehingga kristal berair dan menyulitkan saat pengambilan dengan spatula.

KESIMPULAN

%Rendemen yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 74%

DAFTAR PUSTAKA

ANONIM.2011. diakses pada tanggal 22 Desember 2011-12-25

Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.

Riswiyanto., Ridla Bakri, Bayu Prawira., Sains Indonesia 7 (3): 75-80., 2003. Tahun Publikasi, : 2003. Status Publikasi, : Nasional

LAPORAN PRAKTIKUM KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

BAB I
  PENDAHULUAN
  1. 1.  Latar Belakang
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita gunakan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam penelitian.
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat tekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.
Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.
  1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
Menentukan bobot jenis beberapa cairan (Anonim, 2013)
Menentukan kerapatan beberapa padatan (Anonim, 2013)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  1. 1.  Dasar Teori
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel, 2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.
Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel, 2006) Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan  volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel, 2006) :

Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan penyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :
Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot volumenya atau volume bobotnya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan diatas.  Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot jenis 0,80 , maka bobot dari 200 mL dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :
0,80 =
Jika suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)
120
Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air dianggap  berbobot 1 g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot (Ansel, 2006) :


Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya. (Martin, 1993) :
(d) =
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
  1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan  tertutup.
  1. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
  1. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan  konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994)

  1. 2.  Uraian Bahan
1 Air suling (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : Aqua destillata
  Nama lain : Aquadest
  RM / BM : H2O / 18,02
  Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)
  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
  Kegunaan : Sebagai larutan uji
2 Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : Oleum Cocos
  Nama lain : Minyak kelapa
  BM : 0,845 – 0,905 g/ml
  Bobot jenis : 0,903 g/mL
  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas, tidak tengik
  Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 600C; sangat mudah larut    dalam kloroform P dan juga mudah larut dalam eter P.
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
  Kegunaan : sebagai sampel








3 Alkohol (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : Aethanolum
  Nama lain : Etanol, etil alcohol
  BM/RM : 46, 07 / C2H6O
  Bobot jenis : 0,8119–0,8139 gr/mL
  Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut. Menghasilkan  bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api
  Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur.
  1. 3.         
4. Asam borat (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : ACIDUM BORICUM
  Sinonim : Asam  borat, Asam ortoborat
  BM/RM : H3BO3 / 61,83
  Kerapatan : 1,435 gr/mL
  Pemerian­ : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian manis
  Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian airmendidih,dalam 16 bagian etanol (95 %)p dan    dalam 5 bagian gliserol p
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. Gliserin (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : GLYCEROLUM
  Sinonim : Gliserin
  BM/RM : C3H8O3 / 92,09
  Bobot jenis : 1,2620 g/mL
  Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
  Kelarutan : Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak menguap.
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
  Kegunaan   Sebagai pelarut
  1. 4.         
6  Parafin (Ditjen POM, 1979)
  Nama resmi : PARAFFINUM
  Sinonim : Parafin
  BM/RM : C3H8O3 / 92,09
  Bobot jenis : 0,84 – 0,89 g/mL
  Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak.
  Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat; sukar larut dalam etanol mutlah.
  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap panas berlebih.
  Kegunaan   Sebagai pelarut

7  Komposisi sirup Melon ( Marjan) :
–       Gula
–       Air
–       Perisa Melon
–       Sari Buah Melon
–       Pengawet Natrium Benzoat
–       Pengaturan keasamaan
–       Pewarna tartrazin C1 19140
–       Biru berlian C1 42090














  1. 5.  Prosedur Kerja
Menentukan Kerapatan Bulk (Anonim, 2013)
  1. Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 mL.
  2. Ukur volume zat padat.
  3. Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan 1.e
Menentukan kerapatan mampat (Anonim, 2013)
  1. Timbang zat padat sebanyak 10 gram
  2. Masukkan ke dalam gelas ukur
  3. Ketuk sebanyak 200 kali ketukan
  4. Ukur volume yang terbentuk
  5. Hitung kerapatan mampat dengan persamaan 1.d
Menentukan kerapatan sejati (Anonim, 2013)
  1. Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)
  2. Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian dari volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
  3. Isikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak  ada gelembung udara didalamnya.
  4. Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
  5. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya
  6. Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2)
  7. Hitung kerapatan zat meenggunakan persamaan 1.c
Menentukan bobot jenis cairan (Anonim, 2013)
  1. Gunakan piknometer yang bersih dan kering
  2. Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
  3. Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
  4. Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan 1.b


BAB III
CARA KERJA
  1. 1.  Alat dan Bahan
Alat :
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: piknometer 25 mL, gelas ukur 25 mL, timbangan digital dan pipet tetes.
Bahan :
Adapun bahan-bahan yang digunakanpada praktikum ini adalah: asam borat, parafin cair, alkohol 70 %, minyak kelapa dan air suling.
  1. 2.  Langkah Percobaan
Penentuan Kerapatan bulk
  1. Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram,
  2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL,
  3. Diukur volume zat padat,
  4. Dihitung kerapatan bulk menggunakan persamaan:

Penentuan Kerapatan Mampat
  1. Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram,
  2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur,
  3. Diketuk sebanyak 200 kali ketukan,
  4. Diukur volume yang terbentuk,
  5. Dihitung kerapatan dengan menggunakan persamaan:

Penentuan Kerapatan Sejati
  1. Ditimbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1),
  2. Diisi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya,
  3. Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3),
  4. Diisikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya,
  5. Ditimbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4),
  6. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya,
  7. Ditimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2),
  8. Dihitung kerapatan zat menggunakan persamaan:

Penentuan Bobot Jenis Cairan
  1. Digunakan piknometer yang bersih dan kering,
  2. Ditimbang piknometer kosong (W1), lalu diisi dengan air suling, bagian luar piknpmeter dilap sampai kering dan ditimbang,
  3. Dibuang air suling tersebut, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan ditimbang,
  4. Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan:


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. 1.  Hasil  dan Perhitungan
Kerapatan Bulk
Bobot Zat ( g )
10 g
Volume Bulk ( ml )
11,5 ml
Kerapatan Bulk (
0,869



Kerapatan Mampat
­­­­­­Bobot zat (gr)
10 gr
Volu­me Mampat (mL)
10,1 mL
Kerapatan Mampat
0,990






Kerapatan Sejati
Bobot Piknometer Kosong (gr)
9,6320 gr
Bobot Pikno + Zat Cair (gr)
31,0016 gr
Bobot Pikno + Zat Padat (gr)
27,0712 gr
Bobot jenis zat padat+cair
38,4291





Bobot Jenis Zat Cair
  1. 1.    Alcohol 70%
Bobot Piknometer Kosong ( g )
9.6630 g
Bobot Pikno + Air ( g )
35,0525 g
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
34,0548 g
Bobot jenis zat padat + Zat Cair (g/ml)
0,9607 g/ml






  1. 2.    Gliserin
Bobot Piknometer Kosong ( g )
9.6630 g
Bobot Pikno + Air ( g )
35,0525 g
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
32,6729 g
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
0,9062 g/ml






  1. 3.    Minyak Kelapa
Bobot Piknometer Kosong ( g )
9.6630 g
Bobot Pikno + Air ( g )
35,0525 g
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
33,0129 g
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
0,9196 g/ml





  1. 4.    Sirup Marjan Melon
Bobot Piknometer Kosong ( g )
9.6630 g
Bobot Pikno + Air ( g )
35,0525 g
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
44,4489 g
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
1,3700 g/ml














2. Pembahasan
     Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Setelah piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain.
Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Akhirnya piknometer yang berisi sampel ditimbang.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat daripada penentuan bobot jenis dengan  menggunakan piknometer, tetapi biasanya dapat menunjukkan hasil yang tidak tepat.


Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot jenis dan kerapatan zat. Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai yaitu asam borat sebanyak 10 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk, mampat dan kerapatan sejati. Pada kerapatan bulk, tidak diberi perlakuan apapun, zat yang akan dihitung kerapatannya langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volume bulk. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk. Berbeda dengan kerapatan bulk, pada kerapatan sejati memiliki perlakuan khusus, untuk memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 200 ketukan hingga zat yang ada di dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya dihitung kerapatan mampat. Untuk kerapatan sejati, asam borat yang dimasuk kedalam piknometer diisi dengan paraffin cair. Keberadaan paraffin cair untuk melarutkan asam borat. Selanjutnya hitung kerapatan sejatinya.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml, untuk kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 0,990 g/ml dan kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435. Jika dibandingkan antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,3068.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bobot jenis zat cair. Alat yang digunakan untuk menentukan bobot jenis zat cair yaitu piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat cair yaitu minyak goreng, gliserin, akohol dan sirup marjan melon, diperoleh bobot jenis yang berbeda – beda dari masing – masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml, bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml dan bobot jenis untuk sirup adalah 1,370 g/ml. Berdasarkan literatur, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,903 g/ml,   bobot jenis untuk gliserin adalah 1,255 g/ml, bobot alkohol 0,8119 g/ml. Namun dari semua zat cair yang di ukur bobot jenisnya, sirup marjan melon memiliki bobot jenis yang paling berat dari yang lainnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana  pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula         halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).
  1. 2.  Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
  2. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh            tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
  3. 4.  Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus :
V
Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.
Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam borat tidak dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua pori asam borat.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
  1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
  2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
  3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
  4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
  5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atu titik air dalam piknomter setelah dipanaskan.



















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
  1. Kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml.
  1. Kerapatan mampat dengan sampel asam borat kerapatannya adalah 0,990 g/ml.
  2. Kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml.
Jadi nilai kerapatan asam borat (pada literatur) yang mendekati adalah nilai kerapatan asam borat pada kerapatan sejati.
  1. Bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml.
  2. Bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml.
  3. Bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml.
  4. Bobot jenis untuk sirup melon marjan adalah
Jadi nilai bobot jenis yang paling berat diantara minyak kelapa, alkohol, gliserin dan sirup marjan melon adalah sirupmarjan melon.
2  SARAN
            Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan waktu dengan membagi beberapa praktikum kepada masing-masing kelompok. Alat-alat laboratorium agar segera dilengkapi untuk menunjang jalannya praktikum.



SKEMA KERJA
  1. Menentukan Kerapatan Bulk
Ditimbang 10 g

Ukur volume-nya
Hitung kerapatan bulk
ASAM BORATSAM BORAT

  1. Menentukan Kerapatan Mampat
Ditimbang 10 g

Ukur volume-nya
Hitung kerapatan bulk
ASAM BORATSAM BORAT

W4
W3
W1
Menentukan Kerapatan Sejati


+ asam borat + paraffin cair
ditimbang
+ asam borat 2/3 bgn
ditimbang
ditimbang




W2
+ paraffin cair



Hitung kerapatan zat-nya
ditimbang







W3
W2
W1
Menentukan Bobot Jenis Cairan


W3
W3
W3
Hitung Bobot Jenis Cairan
+ gliserin
+ minyak kelapa
+ sirup
ditimbang
ditimbang
ditimbang
+ alkohol
ditimbang
+ air suling
ditimbang
ditimbang




















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia

Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Ditjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”.:Jakarta


Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta

Lachman,Leon.1994.’’Teori Dan Praktek Farmasi Industri’’.Jakarta:Universitas Indonesia.

Sabtu, 30 April 2016

Senin, 29 Desember 2014

soal-dan-pembasahan-osn-kimia-tingkat-nasional-2006






OLIMPIADE SAINS NASIONAL  V
Semarang
4 - 9 September 2006



Bidang Kimia
UjianTeori
Waktu 4 Jam
Kamis, 8 September 2006






Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
ManagemenPendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah


2006



Olimpiade Kimia Indonesia



UJIAN TEORI
Kamis  7 Setember 2006


Petunjuk :

  1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban)
Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat !
  1. Soal Teori terdiri dari 11 nomor
  2. Waktu yang disediakan: 4 jam.
  3. Semua jawaban harus ditulis di lembar jawaban yang tersedia
  4. Diperkenankan menggunakan kalkulator.
  5. Diberikan konstanta dan formula yang diperlukan, serta tabel periodik Unsur.
  6. Anda dapat mulai bekerja bila sudah ada tanda mulai dari pengawas.
  7. Anda harus segera berhenti bekerja bila ada tanda berhenti dari Pengawas.
  8. Letakkan jawaban anda di meja sebelah kanan dan segera meninggalkan ruangan.
  9. Anda dapat membawa pulang soal ujian.


 




Soal 1  (13 poin)      KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT


Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi kimia berlangsung.  Lengkapi koefisien reaksi-reaksi kimia berikut:
  1. Hg  +   HNO3    ®      Hg2(NO3)2   +    NO  +   H2O                       (1 poin)
  2. CuS  +   HNO3    ®      Cu(NO3)2   +    NO  +   H2O + S               (1 poin)
  3. Au  +   NO3- + H+ + Cl-     ®      AuCl4-   +    NO  +   H2O  (1 poin)

Anda melarutkan 1 gram NaCl dalam campuran 90 mL larutan HCl pH=1 dan 10 mL larutan 0,1 M HAsetat (Ka = 1,8 x 10-5).
  1. Perkiranlah berapa pH campuran larutan tersebut.                  (2 poin)
  2. Berapa mL larutan NaOH 0,1 M yang dibutuhkan untuk menetralkan semua kandungan asam dalam campuran larutan tersebut. Tuliskan reaksi yang terjadi                                                                                  (3 poin)
  3. Setelah semua asam dinetralkan, bagaimana pH larutan tersebut ? Bersifat asam, basa atau netral. Jelaskan jawaban anda     (3 poin)


Soal 2 ( 13 poin)      MINERAL PERAK SULFIDA


Geologist mengetahui komposisi mineral dengan menganalisis kandungan unsur atau senyawa. Suatu sampel mineral perak sulfida, selain mengandung perak dan belerang, juga mengandung unsur X (bilangan oksidasi +4). Massa perak dalam mineral ini besarnya 11,9 kali massa X.  Sebanyak 10 gram mineral ini bereaksi sempurna dengan 295 mL gas hidrogen pada 400K dan 1 atm dan menghasilkan perak sulfida, H2S dan XS.  Jika diketahui R =0,082 L atm/Kmol.
  1. Tuliskan persamaan reaksi mineral tersebut dengan hydrogen.  Dalam mineral, anggap jumlah atom perak = a dan jumlah atom X = b, koefisien lain harus dinyatakan dalam a dan atau b.                 (5 poin)
  2. Hitung jumlah mol gas hidrogen total yang digunakan pada reaksi tersebut.                                                                                             (2 poin)
  3. Hitung jumlah mol mineral tersebut yang dinyatakan dalam besaran b                                                                                                       (2 poin)
  4. Hitung perbandingan a:b                                                               (2 poin)
  5. Hitung Ar X dan tentukan nama unsur X tersebut                    (2 poin)

 

Soal 3  (12 poin):     ASAM SULFAT


Pada label botol asam sulfat pekat tertera data: Konsentrasi 95-98%, 1 L = 1,84 Kg.  Mr=98.
Untuk mendapatkan konsentrasi yang tepat, seorang siswa mengambil 5,00 mL larutan pekat ini dan  kemudian diencerkan dengan air sampai tepat 500,00 mL.  Setelah itu, dia mengambil 2 sampel asam sulfat yang telah diencerkan ini, masing-masing sebanyak 10,00 mL dan dititrasi dengan larutan Natrium hidroksida dengan konsentrasi b M. Diperoleh data pemakaian larutan Natrium hidroksida terdekat sbb:


Sampel
1
2
Volume Natrium hidroksida (mL)
a1
a2

  1. Tuliskan persamaan reaksi setara antara larutan asam sulfat dengan natrium hidroksida.                                                                                 (1 poin)
  2. Berapa konsentrasi asam sulfat yang telah diencerkan tersebut?  Nyatakan jawaban anda dalam a1, a2 dan b dalam satuan M.         (3 poin)
  3. Hitung persen massa asam sulfat pekat yang dinyatakan dalam a1, a2 dan b.                                                                                                        (2 poin)
  4. Hitung fraksi mol asam sulfat pekat jika b(a1+a2)= 7,1702.      (2 poin)

Kemudian, larutan asam sulfat tersebut diencerkan terus dilakukan sampai diperoleh larutan  dengan konsentrasi 1,0 x10-7 M. Bila diketahui tetapan ionisasi kedua asam sulfat K2 = 1,2x10-2, maka:

  1. Tuliskan perbandingan konsentrasi spesi spesi kimia yang setara dengan K2.                                                                                         (1 poin)
  2. Tuliskan persamaan konsentrasi spesi spesi kimia selain [H+] dan [OH-] yang jumlahnya setara dengan 1,0 x10-7M                           (2 poin)

g.    Hitung pH larutan asam sulfat encer tersebut.                          (1 poin)




Soal 4 ( 16 poin)      SUPERNOVA E0102-72 dan BENTUK MOLEKUL


Sisa dari SupernovaE0102-72 yang berjarak 200000 tahun cahaya dari bumi, diketahui memiliki kandungan oksigen milyaran kali lebih banyak dibandingkan dengan kandungan oksigen yang ada di bumi.  Karena temperaur yang sangat tinggi, atom oksigen dalam supernova tersebut mengalami ionisasi berulang kali sehingga menjadi spesi yang mirip atom H (O7+).  Keberadaan ion ini terdeteksi dari garis Lyman yang sangat spesifik yaitu transisi dari n=2 ke n=1.
  1. Hitung panjang gelombang garis Lyman ion O7+ tersebut jika diketahui tetapan Rydberg = 1,0974x107m-1                                                  (3 poin)

b.    Unsur lain dalam keadaan serupa/ mirip hidrogen yang juga terdapat pada supernova tersebut memiliki garis Lyman dengan panjang gelombang 1,2 nanometer (nm).  Tentukan nama unsur tersebut.                                                                                                                     (3 poin)

 

Berdasarkan teori tolakan pasangan elektron, berbagai molekul senyawa kimia dapat memiliki bentuk geometri tertentu. Molekul tersebut dapat berbentuk lurus, piramida, seperti huruf V, huruf T dan sebagainya. Berdasarkan teori tersebut,  gambarkan  bentuk molekul senyawa berikut dan perkirakan besar sudut-sudutnya:
H2O                 NH3                 BrF3                HCN               O3

(masing masing 2 poin)

 


Soal 5 (11 poin)       KESETIMBANGAN HETEROGEN.

Padatan  MgCO3 bila didiamkan dalam ruang tertutup akan terurai sesuai reaksi kesetimbangan berikut ini:
                        MgCO3 (s)        D   MgO (s) + CO2 (g)                        
Pada temperatur 25 oC nilai Kp reaksi tersebut adalah 3 x 10-9
Berikut ini adalah data entalpi pembentukan senyawa senyawa yang berada dalam kesetimbangan tersebut pada temperatur 25 oC:
Senyawa
DHof, kJ/mol
MgO (s)
CO2 (g)
MgCO3 (s)
-601,7
-393,5
-1095,8
Maka:
a.         Tentukanlah DHo reaksi pemanasan padatan MgCO3.  Atas dasar hasil yang diperoleh, apakah reaksi penguraian tesebut eksoterm atau endoterm?                                                                                       (3 poin)
b.         Berdasarkan nilai Kp, pada tempertaur 25 OC, apakah MgCO3 cenderung terurai?                                                                                   (1 poin)
c.         Bila pada 25oC dalam wadah tertutup terdapat sejumlah MgCO3, berapa tekanan parsial CO2 ketika tercapai keadaan kesetimbangan.                                                                                                            (3 poin)
d.         Berapa temperatur kesetimbangan bila nilai Kp = 1                 (4 poin)


Soal 6            (12 poin):      Kinetika Reaksi


Reaksi penguraian dimetil eter  mengikuti persamaan berikut :
(CH3)2O(g) ® CH4(g) + H2(g) +  CO(g)
Pada temp.  450 oC nilai tetapan laju reaksi (k) orde pertama sebesar 3,2´10-4 s-1.
Reaksi ini dilakukan dalam wadah tertutup dengan volume tetap. Asumsikan semua gas yang terlibat adalah gas ideal.
a.         Tentukanlah persamaan laju berkurangnya dimetil eter berdasarkan hukum laju terintegrasi.                                                               (1 poin)

Pada saat awal reaksi hanya terdapat dimetil eter yang tekanannya 0,35 atm. Setelah reaksi berlangsung selama 8 menit,
b.            Hitung tekanan parsial dimetil eter setelah 8 menit.                 (4 poin)
c.            Hitunglah tekanan di dalam wadah tersebut setelah 8 menit.            (2 poin)

Bila waktu paruh (t1/2) reaksi orde pertama tersebut pada temperatur 500 0C adalah 25 menit,
d.            Tentukanlah nilai tetapan laju reaksi, k, pada temperatur 500 oC.
(2 poin)
e.            Tentukanlah energi aktifasi, Ea,  reaksi tersebut                                   (3 poin)


Soal 7            (15 poin)        SEL GALVANI

Diketahui  garam Cr(NO3)3 dan Zn(NO3)2  mudah larut dalam air,  pada keadaan standard (25o, 1atm, 1M, potensial reduksi
Cr3+(aq) + 3e gCr (s)                     Eored= -0,740 V
Zn2+(aq) + 2e gZn (s)                    Eored= -0,763 V
a.        Ramalkanlah apakah logam Cr dapat teroksidasi bila dicelupkan kedalam larutan Zn(NO3)2 , jelaskan                                             (2 poin)
b.        Tuliskanlah notasi sel Galvani yang dibuat dengan elektroda Cr dicelupkan  dalam larutan Cr(NO3)3 1 M dan elekroda Zn dalam larutan Zn(NO3)2   1 M.                                                                         (2 poin)
c.        Hitunglah tetapan kesetimbangannya                                        (3 poin)
d.      Perhatikan diagram berikut ini:
i.     Hitunglah potensial sel, Esel , pada 25oC                              (3 poin)
ii.   Tuliskan reaksi spontan yang terjadi bila sel tersebut digunakan, tunjukkan mana anoda dan katodanya                                   (3 poin)
iii.   Bila jembatan garam adalah NaNO3, maka kearah mana ion NO3- akan mengalir.                                                                        (1 poin)
iv.   Berapa potensial sel (Esel) bila sel galvani tersebut mati.   (1 poin)


 

 


Soal 8 ( 10 poin)        ANALISIS KUALITATIF


Seorang siswa melakukan percobaan reaksi identifikasi  larutan air (aqueous) senyawa anorganik sebagai berikut:


Asam klorida
Asam sulfat
Kalium iodida
Natrium hidroksida
Kertas lakmus biru
Timbal(II) nitrat





Barium klorida





Natrium sulfat





Tembaga(II) sulfat





Ammonium klorida





Dari pengamatan reaksi – reaksi tersebut, ternyata ada yang bereaksi dan teramati namun ada pula yang bereaksi dan tidak teramati oleh mata secara langsung.  Catat perkiraan pengamatan siswa tersebut dengan cara membubuhkan tanda :

( ¯ ) = bila  terjadi reaksi dan terbentuk endapan
( ­ ) = bila terjadi reaksi dan terbentuk gas
( - )  = bila tidak terjadi reaksi kimia.
Tuliskan pula produk reaksinya.




Soal 9 (18 poin)                   Reaksi  senyawa organik
Selesaikan reaksi di bawah ini dalam rumus bangunnya.




Soal 10. (23 poin)    Sifat dan reaksi senyawa Organik


a). Terangkan mana yang lebih besar sifat basanya.                           ( 5 poin)






b). Bagaimana caranya membedakan :  
 (1). 1-propilamin dengan etil metil amina.                                              (3 poin)
(2). 1-propanol dengan etanol                                                                   (3 poin)

c). Tuliskan produk (A, B dan C)
Masing masing langkah reaksi                             (2poin)
i.         



ii.          Jelaskan perbedaan reaksi SN1 dan SN2, berikan contoh masing masing.                                                                                                             (6 poin)


Soal 11. (16 poin)                Identifikasi senyawa organik

Suatu senyawa organik mempunyai rumus molekul C5H8O2  (A). Untuk menentukan struktur A, dfilakukan reaksi sbb:
a. Bila A direduksi akan menghasilkan n-pentana                   (2 poin)
b. dan bila direaksikan dengan NH2OH.membentuk oksim.   (3 poin)
c. A memberikan reaksi positif terhadap reaksi Tollen’s           (3poin)
d. dan A juga dapat membentuk iodoform.                                 (3poin)
Tulis semua reaksi yang dipakai untuk menentukan rumus bangun A.(5 poin)



# SEMOGA BERHASIL #

Formula dan konstanta yang dapat digunakan

R= tetapan gas ideal= 8,3145J/K.mol =0,082 L.Atm/K.mol
K= 273 + oC

1/ l= Z2Rh(1/n12 – 1/n22)
Tetapan Rydberg = Rh= 1,0974x107m-1

                                    DGo= -RT ln K
                                    DG= DH -TDS
                                    DGo= - nFEo

Persamaan Nerst:
Pada 25oC:

F= konstanta Faraday=9,648x104 C= 9,648x104 J/V

Persamaan Arrhenius,  tetapan laju reaksi, k = A.e-Ea/RT

                                 


Persamaan van Hoff:         


















                                                  


















































Jawaban Soal 1  (13 poin)

KOEFISIEN REAKSI

  1. 6Hg  +   8HNO3    ®      3Hg2(NO3)2   +    2NO  +   4H2O            (2 poin)
  2. 3CuS  +   8HNO3    ®      3Cu(NO3)2   +    2NO  +   4H2O + 3S(2 poin)
  3. Au  +   NO3- + 4H+ + 4Cl-     ®      AuCl4-   +    NO  +   2H2O       (1 poin)
LARUTAN ELEKTROLIT
d.   1.         NaCl (aq) ¨ Na+(aq) + Cl-(aq)               larutannya bersifat netral
2.                     HCl(aq)    ¨ H+(aq) + Cl-(aq)                  larutan asam kuat
3.                     HAst (aq)­ D H+(aq) + Ast-(aq)     larutan asam lemah, Ka = 1,8 x 10-5, sumbangan [H+] sangat kecil dibandingkan larutan HCl.         (2 poin)

Maka pH larutan » pH larutan HCl » pH 1, karena [H+] terutama berasal dari larutan (90 mL menjadi 100mL) HCl 0,1 M (pH=1).
e.       Larutan HCl, pH=1, [HCl]= 0,1 M
Vol NaOH untuk menetralkan asam= (mol HCl + mol HAst)/0,1M
= [(90x0,1) + (10x0,1)]/0,1M
=100 mL NaOH 0,1M                                              (2 poin)
Reaksi:         HCl (aq) + NaOH (aq)    ¨  NaCl (aq) + H2O (l)
                       HAst (aq) + NaOH (aq)  ¨ NaAst (aq)  + H2O (l)               (1 poin)

f.         Setelah dinetralkan, larutan mengandung NaCl dan NaAst:
1. NaCl (aq) ¨ Na+(aq) + Cl-(aq)                       larutannya bersifat netral
2. NaAst ¨    Na+ (aq) + Ast- (aq)
            Hidrolisis anion asam lemah: Ast- (aq) + H2O (l)  D HAst (aq) + OH- (aq)
    
Sehingga larutan bersifat basa (pH >7)                                      (3 poin)

 


Jawaban Soal 2 ( 13 poin)            MINERAL PERAK SULFIDA


a. AgaXbS(0.5a+2b) +   bH2            ® 0.5aAg2S + bXS + bH2S           (5 poin)
b. PV = nRT,       n = 1*0.295/0,082*400 = 9*10-3 mol                      (2 poin)
c. 9*10-3/b mol                                                                                        (2 poin)
d. a:b =8:1                                                                                               (2 poin)
e. Ar X = 72,6 namanya Germanium                                                 (2 poin)


Jawaban Soal 3  (12 poin):          ASAM SULFAT


a.         2NaOH + H2SO4       ®        2 Na+ + SO42-+ 2 H2O                     (1 poin)
b.         NaOH rata2 = [(a1 +a2)/2]mL; konsentrasi NaOH = b M ;
NaOH = b(a1+a2)/2 mmol.
Jadi 10 mL asam sulfat =[0.5xb(a1+a2)/2] mmol,
Konsentrasi asam sulfat yang telah diencerkan = 0.5 b(a1+a2)/2/10=.                                                                      [b(a1+a2)/40] M         (3 poin)
c.         Konsentrasi asam sulfat pekat = 100 b(a1+a2)/40 M= 2,5 b(a1+a2) M,
massa asam sulfat dalam 1 L = 98x2,5x b(a1+a2) =245 b(a1+a2) gram,
massa asam sulfat = 100%x 245 b(a1+a2)/1840=13,31 b(a1+a2)%    
(2 poin)
d.         air = [1840-245 b(a1+a2)] gram = [1840-245 b(a1+a2)]/18 mol = 4,6273
asam sulfat =2,5 b(a1+a2) mol = 17,9256
fraksi mol asam sulfat  =17,9256/22,5529= 0,795                      ( 2 poin)
e.         K2 = [H+][SO42-]/[HSO4-]                                                                  (1 poin)
f.          [H2SO4]+[HSO4-]+[SO42-] = 1,0 x10-7                                                           (2 poin)
g          pH = -log [H+] = -log 2,4 x10-7 ~ 6,7                                               (1 poin)

 


Jawaban Soal 4  (16 poin):         


SUPERNOVA E0102-72


a. 1/ l= Z2Rh(1/n12 – 1/n22) =82x1,0974x107m-1(1/1-1/4) = 5,2675x108m-1
(2 poin)
      l =0,019x10-8 m = 1,9 angstrom                                                    (1 poin)
b.   1/1,2x10-9m =Z2x1,0974x107m-1(1/1-1/4)  Z2 = 101,25                (2 poin)
      Z~ 10 = Neon                                                                                    (1 poin)

BENTUK MOLEKUL


H2O                 NH3                 BrF3                HCN               O3


Gambar






bentuk            huruf V          pyramid          huruf T           lurus               huruf V
Sudut             104o                107o                90o                  180o                <109o
 Masing masing 2 poin



Jawaban Soal 5 (11 poin)             KESETIMBANGAN HETEROGEN.


a.            DHoreaksi = (DHof MgO + DHof CO2)- (DHof MgCO3)= (-601,7-393,5) - (-1095,8) = +100,6 kJ/mol.                                                   (2 poin)
Reaksi endoterm karena DHoreaksi >0 (positif)                        (1 poin)
b.            Pada temperatur kamar 25 oC, MgCO3 cenderung tidak terurai karena nilai Kp yang sangat kecil.                                             (1 poin)
c.            Kp = pCO2 = 3 x10-9. 
Tekanan CO2 dalam kesetimbangan =3x10-9 atm.                         (3 poin)
d.            =                                                                                                                   (1 poin)

        » 576 K =303 oC                     (3 poin)


Jawaban Soal 6      (12 poin):      Kinetika Reaksi

a.                                                    (1 poin)
atau
b.              dan                                                          (1 poin)
            integrasi dari tekanan awal Po pada saat t=0 ke tekanan P pada saat t, diperoleh:
     atau    
                            (1 poin)

            P= e-1,2034,         P= 0,30 atm
Tekanan dimetil eter, (CH3)2O, setelah 8 menit = 0,30 atm            (2 poin)
c. Tekanan total setelah 8 menit:
Ptotal= P(CH3)2O + PCH4+ PH2+  PCO
=0,30 + 3(0,35-0,30)= 0,45 atm                                         (2 poin)
d. Reaksi order 1 :  t1/2 =          (2 poin)
e.              
  
       (3 poin)

Jawaban Soal 7      (15 poin)        SEL GALVANI


 a.        (Zn2+(aq) + 2e gZn (s)) x3                                          Eored= -0,763 V

(Cr3+(aq) + 3e gCr(s))x2                                             Eored= -0,740 V 
          _______________________________________-
3 Zn2+ (aq) + 2 Cr (s)g  2 Cr3+(aq) + 3 Zn (s)                Eosel = +0,023 V

Logam Cr dapat mereduksi ion Zn2+                               (3 poin)

b.         Notasi Sel: 

Cr(s) | Cr3+ (aq), 1 M || Zn2+(aq), 1 M | Zn (s)                   Eosel = +0,023 V
                                                                                                                        (3 poin)

c.         Pada 25oC:
         
Tetapan kesetimbangan reaksi, K = 216                   (3 poin)


d. Reaksi: 3 Zn2+ (aq) + 2 Cr (s)g  2 Cr3+(aq) + 3 Zn (s)                       Eosel = +0,023 V

i.         

Esel = -0,0055 V (terjadi reaksi kebalikan )                    (3 poin)
                                                                                          
ii. Reaksi yang terjadi adalah:                    2 Cr3+(aq) + 3 Zn (s) g 3 Zn2+ (aq) + 2 Cr (s)
            Ion Cr3+(aq) akan mengoksidasi Zn                                     (2 poin)

Anoda: Zn dan Katoda Cr                                                  (1 poin)
iii. Melalui jembatan garam,Ion NO3- mengalir dari larutan Cr3+  ke larutan Zn2+                                                                                         (1 poin)
iv. Bila sel mati, berarti Esel = 0 (NOL)                                           (1 poin)



Jawaban Soal 8 ( 10 poin)             ANALISIS KUALITATIF




Asam klorida
Asam sulfat
Kalium iodida
Natrium hidroksida
Natrium tiosulfat
Timbal(II) nitrat
¯
PbCl2
¯
PbSO4
¯
PbI2
¯
Pb(OH)2
-
Barium klorida
-
¯
BaSO4
-
-
-
Kalsium karbonat
­
CO2
­
CO2
-
-
-
Tembaga(II) sulfat
-
-
¯
Cu2I2
¯
Cu(OH)2
-
Ammonium klorida
-
-
-
­
NH3
-

Masing-masing 1 poin




Jawaban Soal 9 (18 poin)                         Reaksi  senyawa organik


Jawaban Soal 10. (23 poin)         Sifat dan reaksi senyawa Organik


a)



Karena gugus sikloheksil mendorong elektron sehingga pasangan elektron pada NH2 bebas lebih mudah diserang, sedangkan gugus fenil sifatnya menarik elektron, sehingga pasangan elektron pada NH2 lebih dekat ke atom N, sehingga tidak mudah diserang                                               (5 poin)

b)
c).  i. Masing-masing produk 2 poin. Total 6 poin.




                                          A                                 B                                             C
.
ii. Reaksi SN1: adalah reaksi substitusi nuklefilik order 1, yang hanya tergantung dari substrat (senyawa yang direaksikan) dan reaksinya melalui intermediet ion karbonium. Produk yang dihasilkan merupakan campuran rasemat                                                                           (2 poin)
Contoh:                                                                                                   (1 poin)
Reaksi SN2: adalah reaksi substitusi nukleofilik orde 2, yang tergantung  oleh substrat dan pereaksinya. Reaksinya melalui ”Transition State” (keadaan transisi), sedangkan produk yang dihasilkan adalah invers (kebalikan).                                                                                                (2 poin)
Contoh:                                                                                                   (1 poin)


Jawaban Soal 11. (10 poin)                     Identifikasi senyawa organik










OLIMPIADE SAINS NASIONAL  V
Semarang
4 - 9 September 2006



Bidang Kimia
Ujian Praktek
Waktu 4 Jam
Rabu, 6 September 2006




Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
ManagemenPendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah


2006




Olimpiade Kimia Indonesia


UJIAN PRAKTEK
Rabu 6 Setember 2006


Petunjuk :

1.    Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban)
Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat !
2.    Waktu yang disediakan: 4 jam yang terbagi atas:
3.    Ujian praktek tediri dari 3 percobaan
4.    Dalam melakukan percobaan, anda dibagi atas  2 perioda waktu:
Perioda1: Kelompok 1 melakukan percobaan 1 dan kelompok 2 melakukan percobaan 2 dan 3.
Periode 2: Kelompok 1  melakukan percobaan 2 dan 3, dan kelompok 2 melakukan percobaan 1.
5.    Semua hasil percobaan dan Jawaban harus ditulis di lembar jawaban yang tersedia
6.    Diperkenankan menggunakan Kalkulator.
7.    Tidak diperkenankan untuk meminta tambahan sampel.
8.    Soal boleh dibawa pulang.





Percobaan 1


Analisis Kuantitatif
Penentuan Komposisi magnesium hidroksida dan Aluminium hidroksida dalam obat maag

1. Pendahuluan:
Obat maag (tukak lambung) atau Antasida,  adalah obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif menetralkan asam di lambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai). Penggunaan antasida bertujuan untuk meredakan gejala mual-mual, perih, kembung atau melilit akibat penyakit tukak lambung (sakit maag). Untuk mengatasi nyeri lambung, di dalam sediaan antasida umumnya mengandung senyawa yang dapat menetralkan asam lambung, sehingga mengurangi derajat keasaman lambung. Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag, maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit maag dengan tuntas.
Zat utama berkhasiat yang digunakan disebut Magaldrate, yaitu campuran aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Campuran ini sering juga disebut susu magnesium atau aluminium hidroksida. Bila masuk kedalam lambung, campuran aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida sebagian akan dinetralkan oleh asam lambung, sehingga pH cairan lambung akan naik. Nilai  pH maksimum yang dapat dicapai dan kemampuan mempertahankan pH cairan lambung sekitar  3,5-5, yang identik dengan pH Magaldrate.
Dalam percobaan ini, anda diberikan contoh obat maag yang mengandung emulsi campuran aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.  Anda harus menentukan komposisi Magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida dengan melakukan titrasi asam-basa dan memilih indikator yang tepat. Komposisi  dalam obat maag anda tentukan berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan.


2. Percobaan:

2.1. Peralatan dan Bahan Kimia:
No.
Alat
Jumlah
  1.  
Buret 25 mL
1
  1.  
Pipet gondok  (pipet volumetri) 10 mL
2
  1.  
Pompa pipet (Pipette filler) 
1
  1.  
Labu volumetri 100 mL
1
  1.  
Erlenmeyer 250 mL
7
  1.  
Gelas kimia 250 mL
3
  1.  
Botol semprot 250 mL
1
  1.  
Corong tangkai pendek , f 5 cm
1
  1.  
Statif besi
1
  1.  
Klem buret
1
  1.  
Tissue gulung
1

No.
Bahan kimia
Keterangan
  1.  
Larutan HCl
Normalitasnya ditentukan
  1.  
 Larutan NaOH
Normalitasnya diketahui
  1.  
Indikator phenolptalein
Jangkauan pH= 8,3-10 
Warna asam:  tak berwarna
Warna basa= merah
  1.  
Indikator metil jingga
Jangkauan pH= 3,1- 4,4
Warna asam: Merah
Warna basa: Jingga
  1.  
Indikator brom thymol blue
Jangkauan pH= 6,0-7,6
Warna asam= kuning
Warna basa= biru
  1.  
Mylanta cair
Emulsi yang anda tentukan komposisinya

2.2. Prosedur percobaan

Anda melakukan percobaan dengan menggunakan bahan Kimia dan perlengkapan yang tersedia.

Standarisasi larutan asam (HCl)

  1. Masukkan larutan basa (NaOH) yang telah diketahui kenormalannya ke dalam buret, putarlah kran buret untuk membuang sejumlah basa sampai tidak ada gelembung udara di ujung buret.
Catatan:
Bacalah miniskus pada buret sampai 2 angka di belakang koma  Untuk memulai titrasi.kemudian bukalah kran buret

  1. Ambillah sampel larutan asam (HCl) sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet gondok 10 mL ke dalam labu Erlenmeyer ukuran 250 mL.
  2. Tambahkan 3 tetes indikator (pilih yang sesuai menurut anda).
  3. Dengan menggunakan basa  (larutan NaOH) yang sudah disiapkan dan diketahui kenormalannya, lakukan titrasi terhadap larutan asam tersebut.
Selama titrasi, labu Erlenmeyer hendaknya digoyang-goyangkan agar terjadi percampuran yang homogen.
  1. Titrasi dihentikan bila telah terjadi perubahan warna indikator yang anda gunakan.
Catatan:
Untuk memudahkan melihat titik akhir titrasi, yaitu dengan timbulnya perubahan warna indikator, amatilah warna larutan dalam labu Erlenmeyer dengan kertas putih sebagai latar belakang (background).
Penambahan basa pada awal titrasi menyebabkan perubahan warna indikator agak cepat, tetapi semakin mendekati titik ekivalen perubahan warna indikator mulai sukar hilang, karena itu penambahan basa harus dilakukan setetes demi setetes sampai warna indikator tidak berubah lagi

  1. Bacalah buret dan catatlah volume basa yang dipakai.
7.    Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali (triplo).
Bila volume basa yang digunakan jauh berbeda, gunakan nilai yang berdekatan. Ambil harga rata-rata dari percobaan yang anda lakukan.

Hitunglah kenormalan asam menurut persamaan :
Va x Na  =  Vb x Nb

Penentuan kadar basa di dalam obat maag


  1. Ke dalam labu ukur 100 mL (telah disiapkan oleh asisten) yang telah berisi 5 mL larutan emulsi obat maag mylanta, tambahkan aquades sampai tanda batas.  Kocoklah campuran dalam labu ukur tersebut sehingga menjadi homogen.
  2. Ambillah sampel emulsi di dalam labu ukur sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet gondok dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer berukuran 250 mL.
  3. Dengan menggunakan pipet gondok, tambahkan secara kuantitatif 10 mL larutan asam (HCl) yang telah ditentukan kenormalannya ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi ”sampel obat maag mylanta” tersebut, lalu goyang-goyangkan labu Erlenmeyer agar homogen.
  4. Tambahkan 3 tetes indikator yang tepat, dan titrasilah seperti pekerjaan di atas.
  5. Lakukan titrasi hingga terbentuk perubahan warna indikator yang stabil.
  6. Bacalah buret dan catatlah volume basa yang dipakai.
  7. Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali (triplo).
  8. Ambil harga rata-rata dari percobaan yang anda lakukan, lalu hitunglah kadar basa (OH) di dalam sampel obat yang anda titrasi.



Percobaan2

HIDROLISIS   STARCH (kanji)

            Starch (kanji) dan selulosa adalah merupakan polimer yang terbentuk dari ikatan 1-4 sesama unit glukosa.  Perbedaan yang mendasar dari kedua polisakarida adalah starch mempunyai ikatan glikosida alfa sedangkan sellulosa mempunyai  ikatan glikosida beta. Sumber utama starch adalah beras, singkong, gandum, kentang, ketela umbi dan lain-lain. Starch dapat dihidrolisa dalam suasana asam  atau dengan adanya pengaruh enzim amilase ( yang terdapat dalam saliva) menjadi maltosa dan glukosa.

Larutan kanji 1% sudah disediakan oleh petugas.

Pengumpulan Saliva 1 : 4

1.    Cuci mulut dengan cara berkumur – kumur menggunakan air  sehingga bebas dari sisa makanan.
2.    Tampung bagian air liur bening dalam tabung reaksi  kurang lebih 1 mL.
3.    Tambahkan 4 mL aquades, aduk menggunakan pipet tetes.
4.    Larutan Saliva 1: 4 siap digunakan untuk menghidrolisis larutan kanji.

Hidrolisis  Enzimatis

1.    Ambillah 4 buah tabung reaksi  masing-masing berisi 2 mL  larutan kanji 1 % yang sudah diberi label: Blanko, 15 menit, 30 menit, 60 menit.
2.    Cantumkan nama anda pada keempat tabung reaksi tersebut.
3.    Kecuali pada tabung reaksi blanko, tambahkan masing-masing 4 tetes  saliva  1 : 4 ke dalam 3 tabung tersebut, catat waktu ketika penambahan  larutan saliva tersebut  dan kocok menggunakan pipet tetes.
4.    Inkubasikan semua tabung pada suhu kamar.
5.    Setelah 15 menit, segera didihkan tabung berlabel 15 menit dalam penangas air selama 10 menit untuk menghentikan aktivitas enzim,kemudian dinginkan.
6.    Lakukan pekerjaan yang sama pada tabung yang lainnya setelah waktu mencapai 30 menit dan  60 menit.
7.    Setelah dingin, dilakukan beberapa test seperti prosedur berikut:

Tes Iodium
1.    Ambil  ± 1 mL larutan hasil hidrolisis dari masing-masing tabung dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil, siasa larutan di simpan untuk keperluan uji yang lain.
2.    Tambahkan 2  tetes larutan iodium 0,002 M
3.    Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

Uji TLC

1.    Pada plat TLC yang telah disediakan , pada titik A totolkan (menggunakan pipa kapiler kecil yang disediakan petugas, 1 pipa untuk 1 larutan) standar glukosa, pada titik B totolkan standar maltosa dan pada titik  C  totolkan hasil hidrolisis pada tabumg reaksi besar yang pada tes iodium memberikan warna paling muda
2.    Angin-anginkan  sampai  kering kira-kira 2-3 menit.
3.    Tuangkan 5 mL eluent (1-butanol : asam asetat : eter : air = 9:6:3:1)  yang telah disediakan oleh petugas ke dalam beaker glass 100 mL, letakkan plat TLC tersebut (dalam posisi berdiri) kedalamnya dan tutup dengan aluminium foil.
4.    hentikan proses elusi bila jarak eluent mencapai 1 cm dari ujung plat  TLC, beri tanda batas pada akhir eluent menggunakan pinsil.
5.    Dalam keadaan masih basah serahkan plat TLC tersebut pada petugas untuk diidentifikasi dengan menggunakan larutan p. anisidin  dan asam ptalat dalam etanol/H2SO4  1 M.
6.    Keringkan dengan cara menyimpannya di atas hotplate sebentar (± 10 menit)
7.    Gambar spot yang  di dapat dan tentukan Rf  nya.

Uji Osazon

1.    Siapkan sebuah tabung reaksi bersih  beri nama anda.
2.    Dengan menggunakan gelas ukur 5 mL, masukkan 2 mL larutan hasil hidrolisis (yang pada tes iodin memberikan warna paling muda). 
3.    Tambahkan  masing -masing 5 mL larutan fenilhidrazin
4.    Panaskan tabung reaksi tersebut dalam waterbath selama 15 menit
5.    Saring masing-masing endapan osazon yang terbentuk dengan kertas saring yang telah diketahui massanya dan keringkan dengan cara disimpan diatas hot plate selama 5 menit.
6.    Timbang kembali kertas saring beserta endapan yang di dapat.
7.    Hitung  massa endapan osazon yang didapat.
8.    Masukkan endapan  dan kertas saringnya kedalam plastik yang telah disediakan, beri label nama anda dan serahkan pada petugas untuk ditetapkan titik lelehnya.



PERCOBAAN 3

BENZIL ALKOHOL

            Ada tiga jenis senyawa alkohol (primer,sekunder dan tersier), dengan asam karboksilat dan katalis asam, alcohol tertentu dapat bereaksi menghasilkan ester. Alkohol  dapat dioksidasi lanjut sampai menjadi asam karboksilat.  Di bawah ini anda harus mengamati, mencatat sifat–sifat fisik dan menuliskan reaksi yang terjadi dari benzil alkohol

Kelarutan

1.    Masukkan  masing–masing 5 tetes  benzil alkohol dalam 3 buah tabung reaksi.
2.    lakukan test kelarutan ( dengan menambahkan kira-kira 1 mL pelarut ) dengan menggunakan pelarut:
a.    Air
b.    Alkohol
c.    Eter
3.    Amati dan tentukan kelarutannya

Oksidasi

1.    Ke dalam tabung reaksi masukkan 0,5 g kalium dikromat, tambahkan 5 mL asam sulfat encer dan 3 tetes benzil alkohol, kocok sampai homogen.
2.    Hangatkan dalam waterbath sampai reaksi berlangsung dengan  sempurna (kira-kira 10 menit), angkat kemudian kocok dengan kuat.
3.    Catat baunya   lalu dinginkan selama 30 menit.
4.    Jika terbentuk endapan saring menggunakan kertas saring dan bilas dengan aquades.
5.    Amati endapan yang terbentuk.






LEMBAR DATA dan JAWABAN PERTANYAAN


Percobaan 1


Nama Peserta          :………………
Asal sekolah            :………………
Provinsi                    :

Pengamatan

Titrasi I
Titrasi  II
Titrasi  III

Volume larutan HCl

   10,75    mL
 10,70       mL
                 mL
Pembacaan awal dari buret
                 mL
                 mL
                 mL
Pembacaan akhir dari buret
                 mL
                 mL
                 mL
Volume NaOH yang dipakai
                 mL
                 mL
                 mL
Volume rata-rata NaOH
     VNaOH=10,73                                          mL
Perhitungan:
VNaOH = 10,73±0,54
Range:  VNaOH = 10,19 –11,27
10,52-10,94                                   10 poin
10,36-10,51 dan 10,95- 11,11        5 poin
10,19-10,35 dan 11,12 -11,27         1poin
±
NNaOH = 0,1130 N
 a= NHCl=  0,1211 N
range: a= 0,1151-0,1272              Max 10 poin


  1. Standarisasi larutan asam (HCl)






B. Penentuan kadar basa di dalam obat maag
Pengamatan

Titrasi I
Titrasi  II
Titrasi  III
Volume sampel
                 mL
                 mL
                 mL
Volume larutan HCl
                 mL
                 mL
                 mL
Pembacaan awal dari buret
                 mL
                 mL
                 mL
Pembacaan akhir dari buret
                 mL
                 mL
                 mL
Volume NaOH yang dipakai
                 mL
                 mL
                 mL
Volume rata-rata NaOH
VNaOH = 8,65 mL ±0,45mL
NILAI:  VNaOH = 8,20 –9,10
DV =±2%= 8,48-8,82                10 poin
8,34-8,47 DAN 8,83-9,00      5 POIN
8,20-8,33 Dan 9,01-9,10           1 poin

Perhitungan:
Emulsi yang diencerkan:
Atau :









PERTANYAAN dan Jawabannya:

Hasil percobaan
1. Berapakah keasaman atau pH larutan HCl yang anda tentukan kenormalannya?
NHCl =0,1212
pH=-Log0,1212 =0,92 ±DpH = 0,89-0,93                                           (2poin)
2. Apa indikator yang anda gunakan, Jelaskan alasan anda mengapa memilih indikator tersebut untuk eksperimen ini?                                     (2 poin)
Phenol pthalein (Jangkauan pH= 8,3-10):  karena kesalahannya paling kecil. Pada titrasi asam kuat (HCl) oleh basa kuat (NaOH), Titik akhir pH>7

3.    Jenis titrasi apakah percobaan ini?                                                   (2 poin)
Alkalimetri (basa sebagai standar)
Titrasi Asam kuat-basa kuat, TE = 7, TA>7, karena yang dititrasi adalah kelebihan asam Hcl (asam kuat)
NaOH + HCl" NaCl +H2O
H+ +   OH- " H2O
Al(OH)3 (s)DAl(OH)3 (aq) D Al3+(aq) + 3 OH-(aq)
Mg(OH)2 (s)DMg(OH)2 (aq) D Mg2+9(aq) + 2 OH-(aq)

4.    Bila kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam emulsi tersebut sama (mg/L) makaberdasarkan data yang anda peroleh, tentukanlah berapa masing masing kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3  (mg/L) dalam suspensi tersebut:
Jawaban:
Berat Al(OH)3 = Mg(OH)2 = x mg
Al(OH)3 (s)DAl(OH)3 (aq) D Al3+(aq) + 3 OH-(aq)
Mg(OH)2 (s)DMg(OH)2 (aq) D Mg2+9(aq) + 2 OH-(aq)
Mg(OH)2 + 2 HCl à MgCl2 + 2 H2O
Al(OH)3 + 3 HCl à  AlCl3 + 3 H2O
x/58 mol Mg(OH)2 x 2x/58 mol HCl ]        
             x/78 mol Al(OH)3 + 3 x/78 mol HCl ]        
    2x/58 mol + 3x/78 mol=0,00015743mol
    (156 + 174) x = 0,7122 ; x = 2,1582 x 10-3 g
    x = 0,00216 g / 10 mL = 2,16 mg / 10 mL sampel
      =195-227mgram                                                            (10 poin)

Soal titrasi
Bila larutan asam lemah HX  sebanyak 10 mL dengan konsentrasi (pH=3,2) dititrasi dengan basa kuat MOH konsentrasi 10-2 M:
1.         Jawab: pH = 3,2 à [H+] = 10-3,2 = 100,8 x10-4 = 6,31x10-4
                                    [H+] = (0,02 x Ka)1/2
                                    [H+]2 = 0,02.Ka
                                    (6,3x10-4)2 = 2x10-2 xKa
                                    Ka = 39,82x10-8 / 2x102 = 19,91x10-6 = 1,99x10-5
pKa = 4,7                                                                   (5 poin)
2.    Buatlah kurva titrasi dengan 5 titik pH!






                                                                                                            (10 point)

                                                                             
-      Tentukan [HX] berdasarkan nilai pH= 3,2
-      Titik yang dapat digunakan: 0, dst          
3.    Bila pada titrasi asam lemah tersebut sudah ditambahkan larutanbasa kuat MOH sebanyak 10 mL, tuliskan persamaan reaksi dan peristiwa apa yang terjadi?
a. Tuliskan persamaan reaksi dan larutan apakah yang terbentuk?
Jawab:           MOH + HX à  MX + H2O
Sisa asam lemah separuhnya, jadi terbentuk larutan buffer dengan pH = pKa                                          (2 poin)
Hitung lah juga  pH larutan yang diperoleh.
Jawab: pH = pKa – log[asam]/[garam], karena [asam] = [garam]
pH = pKa = 4,7                                                          (2 poin)
4.    Bila digunakan larutan MOH dalam titrasi, pada saat volume yang bagaimana larutan hasil titrasi akan mengalami peristiwa hidrolisis?
Jawab: Pada titil ekivalent                                                  (1poin)
5.    Hitunglah pH pada titik ekivalen!

pH. = 7 + ½ pKa + ½ log C


C = konsentrasi garam MX = 0,2 mmol/30 mL = 6,67x10-3 M

pH = 7 + ½(4,7) + ½ (log 6,67x10-3)

pH = 7 + 2,35 + 1,09 = 10,44                                              (3 poin)

 

 

 


LEMBAR DATA dan JAWABAN PERTANYAAN

PERCOBAAN HIDROLISIS STARCH


Nama Peserta          :………………
Asal sekolah            :………………


Tes iodium
Catat perubahan warna yang terjadi !
Kondisi hidrolisis
Sebelum penambahan
lar. Iodin
Sesudah penambahan
lar. Iodin
Blanko
Jernih
Biru tua
30 menit
Jernih
Ungu
60 menit
jernih
Ungu muda
 Total 6 poin

Pertanyaan:
1. Enzim apakah yang terdapat dalam saliva yang dapat menghidrolisis kanji?
            Amylase                                                                                             (2 poin)

2. Pada tabung reaksi manakah terjadi reaksi hidrolisis paling sempurna? Jelaskan !
            Pada Tabung reaksi 60 menit, terjadi perubahan warna menjadi ungu muda                                                                                                                    (2 poin)


Uji TLC
Ringkasan Prosedur
Pengamatan
a. Jarak Pelarut (eluent)
b. Jarak spot hasil hidrolisis
c. Jarak spot standar glukosa
d. Jarak  spot standar maltosa
: 4,3     cm                
: 1,7    cm        
:  2,2 cm
:…….     cm       


Pertanyaan:
1. Berapa Rf  standar glukosa dan maltosa yang  anda dapat?
            Rf glukosa = 0,49-0,52                                                                    (2 poin)
            Rf maltosa = 0,38-0,42                                                                    (2 poin)

2. Berapa Rf  hasil hidrolisis yang anda dapat?
            Rf = 0,40                                                                                            (4 poin)


3. Bandingkan Rf standar dan Rf  hasil hidrolisis yang anda dapat, apa yang dapat anda    simpulkan? Rf yang sama dengan maltosa, berarti terjadi hidrolisis kanji menjadi maltosa.                                                  (4 poin)


Uji Osazon


Ringkasan Prosedur
Pengamatan
1. Hasil hidrolisis +  lar. Fenilhidrazin
2. Setelah pemanasan 15 menit
3. Bentuk dan warna endapan
 yang didapat
: kuning jernih                       (2 poin)
: kuning keruh                       (2 poin)
: Hablur halus berwarna kuning
                                             (2poin)


Pertanyaan:
1. Berapa massa endapan yang anda dapat?
            Massa endapan = 0,095-0,105 gram                                            (4 poin)

2. Tulislah persamaan reaksi antara glukosa dan fenilhidrazinhidroklorida!








LEMBAR DATA dan JAWABAN PERTANYAAN

Percobaan 3


Nama Peserta          :………………
Asal sekolah                        :………………
Provinsi                    :


Ringkasan Prosedur
Pengamatan
Kelarutan benzil alkohol
Dalam air
Dalam Alkohol
Dalam Eter

: tidak larut           (1 poin)
: larut sempurna  (1 poin)
: larut sempurna  (1 poin)
 Oksidasi
Benzilalkohol+Kaliumdikromat+H2S04 encer
a. Sebelum pemanasan
b. setelah pemanasan 10 menit
     (warna dan bau)
c. Setelah pendinginan
d.  Warna endapan yang terbentuk



: larutan jernih jingga                   (2 poin)
: coklat kehitaman (bau aldehid) (2 poin)

: terbentuk endapan                     (2 poin)
: Hitam kecoklatan                        (2 poin)




 Pertanyaan:

1.    Jelaskan mengapa terjadi perbedaan kelarutan benzil alkohol pada ketiga pelarut yang digunakan pada percobaan diatas?                                            (4 poin)
Karena Benzol alkohol memiliki kepolaran yang tidak berbeda jauh dengan alkohol dan eter.  Sedangkan kepolaran benzil alkohol jauh lebih kecil daripada air sehingga benzil alkohol tidak larut dalam air. Prinsip: kepolaran senyawa dan “Likes dissolve Likes”.

2.    Tuliskan persamaan reaksi oksidasi benzilalkohol menjadi benzaldehida dan sampai menjadi asam benzoat!                                             (4 poin)
3.    Bagaimana persamaan reaksi jika benzilalkohol direaksikan dengan HCl pekat. Apakah alkohol alifatik primer juga bereaksi dengan HCl? Jelaskan! Masing-masing 2 poin           (Total: 4 poin)
             (2 poin)
Alkohol alifatik primer dapat bereaksi lambat dengan HCl. Diperlukan katalis sehingga bisa terjadi reaksi lebih cepat berlangsung. Gambaran reaksinya
                     (2 poin)

4.    Gambarkan secara garis besar, yang menunjukkan bahwa benzilalkohol adalah
a. Suatu senyawa alkohol                                                                   (2 poin)
            Suatu senyawa benzilalkohol dapat bereaksi cepat baik dengan PCl3 maupun HCl. Suatu benzilalkohol dapat bereaksi dengan logam Na menghasilkan senyawa alkoksi dan air, tetapi tidak dapat bereaksi dengan NaOH. Benzilalkohol dapat dengan mudah dioksidasi menjadi benzaldehida dan asam benzoat.

b. Bukan senyawa fenol                                                                      (2 poin)
Benzilalkohol bukan senyawa fenol karena tidak dapat bereaksi dengan NaHCO3 atau NaOH, sedangkan fenol bisa, karena sifat fenol yang asam dapat bereaksi dengan basa. Sedangkan benzilalkohol baru bisa bereaksi dengan suatu basa yang lebih kuat, yaitu logam Na. Benzilalkohol dapat dengan mudah dioksidasi menjadi benzaldehida dan asam benzoat, sedangkan senyawa fenol sulit dioksidasi.  Benzilalkohol dan fenol dapat juga dibedakan dari strukturnya.

5.    Jika senyawa aldehid atau keton yang tidak mengandung atom hidrogen-α direaksikan dengan suasana basa (OH-) dapat menghasilkan asam dan alkohol, reaksi tersebut dinamakan reaksi Canizzaro.
Tuliskan langkah-langkah reaksi benzilakohol menjadi asam benzoat dan basanya kembali !