Biologi
Sabtu, 21 Mei 2016
LAPORAN PRAKTIKUM KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
BAB I
PENDAHULUAN
- 1. Latar Belakang
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat tekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.
Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.
- Tujuan Praktikum
Menentukan bobot jenis beberapa cairan (Anonim, 2013)
Menentukan kerapatan beberapa padatan (Anonim, 2013)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- 1. Dasar Teori
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.
Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel, 2006) Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel, 2006) :
Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan penyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :
0,80 =
Jika suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)
120
Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air dianggap berbobot 1 g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot (Ansel, 2006) :
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya. (Martin, 1993) :
(d) =
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
- Bobot jenis sejati
- Bobot jenis nyata
- Bobot jenis efektif
- 2. Uraian Bahan
1 | Air suling (Ditjen POM, 1979) | |||||
Nama resmi | : | Aqua destillata | ||||
Nama lain | : | Aquadest | ||||
RM / BM | : | H2O / 18,02 | ||||
Bobot jenis | : | 0,997 g/ml (250C) | ||||
Pemerian | : | Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa | ||||
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik | ||||
Kegunaan | : | Sebagai larutan uji | ||||
2 | Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979) | |||||
Nama resmi | : | Oleum Cocos | ||||
Nama lain | : | Minyak kelapa | ||||
BM | : | 0,845 – 0,905 g/ml | ||||
Bobot jenis | : | 0,903 g/mL | ||||
Pemerian | : | Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas, tidak tengik | ||||
Kelarutan | : | Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 600C; sangat mudah larut dalam kloroform P dan juga mudah larut dalam eter P. | ||||
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. | ||||
Kegunaan | : | sebagai sampel | ||||
3 | Alkohol (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | Aethanolum | |
Nama lain | : | Etanol, etil alcohol | |
BM/RM | : | 46, 07 / C2H6O | |
Bobot jenis | : | 0,8119–0,8139 gr/mL | |
Pemerian | : | Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut. Menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api | |
Kegunaan | : | Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur. |
- 3.
4. | Asam borat (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | ACIDUM BORICUM | |
Sinonim | : | Asam borat, Asam ortoborat | |
BM/RM | : | H3BO3 / 61,83 | |
Kerapatan | : | 1,435 gr/mL | |
Pemerian | : | Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian manis | |
Kelarutan | : | Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian airmendidih,dalam 16 bagian etanol (95 %)p dan dalam 5 bagian gliserol p | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik |
5. | Gliserin (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | GLYCEROLUM | |
Sinonim | : | Gliserin | |
BM/RM | : | C3H8O3 / 92,09 | |
Bobot jenis | : | 1,2620 g/mL | |
Pemerian | : | Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus. | |
Kelarutan | : | Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak menguap. | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup baik | |
Kegunaan | Sebagai pelarut |
- 4.
6 | Parafin (Ditjen POM, 1979) | ||
Nama resmi | : | PARAFFINUM | |
Sinonim | : | Parafin | |
BM/RM | : | C3H8O3 / 92,09 | |
Bobot jenis | : | 0,84 – 0,89 g/mL | |
Pemerian | : | Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak. | |
Kelarutan | : | Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat; sukar larut dalam etanol mutlah. | |
Penyimpanan | : | Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan terhadap panas berlebih. | |
Kegunaan | Sebagai pelarut |
7 Komposisi sirup Melon ( Marjan) :
– Gula
– Air
– Perisa Melon
– Sari Buah Melon
– Pengawet Natrium Benzoat
– Pengaturan keasamaan
– Pewarna tartrazin C1 19140
– Biru berlian C1 42090
- 5. Prosedur Kerja
- Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 mL.
- Ukur volume zat padat.
- Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan 1.e
- Timbang zat padat sebanyak 10 gram
- Masukkan ke dalam gelas ukur
- Ketuk sebanyak 200 kali ketukan
- Ukur volume yang terbentuk
- Hitung kerapatan mampat dengan persamaan 1.d
- Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)
- Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian dari volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
- Isikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya.
- Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
- Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya
- Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2)
- Hitung kerapatan zat meenggunakan persamaan 1.c
- Gunakan piknometer yang bersih dan kering
- Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
- Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
- Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan 1.b
BAB III
CARA KERJA
- 1. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: piknometer 25 mL, gelas ukur 25 mL, timbangan digital dan pipet tetes.
Bahan :
Adapun bahan-bahan yang digunakanpada praktikum ini adalah: asam borat, parafin cair, alkohol 70 %, minyak kelapa dan air suling.
- 2. Langkah Percobaan
- Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram,
- Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL,
- Diukur volume zat padat,
- Dihitung kerapatan bulk menggunakan persamaan:
Penentuan Kerapatan Mampat
- Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram,
- Dimasukkan ke dalam gelas ukur,
- Diketuk sebanyak 200 kali ketukan,
- Diukur volume yang terbentuk,
- Dihitung kerapatan dengan menggunakan persamaan:
Penentuan Kerapatan Sejati
- Ditimbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1),
- Diisi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya,
- Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3),
- Diisikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya,
- Ditimbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4),
- Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya,
- Ditimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2),
- Dihitung kerapatan zat menggunakan persamaan:
Penentuan Bobot Jenis Cairan
- Digunakan piknometer yang bersih dan kering,
- Ditimbang piknometer kosong (W1), lalu diisi dengan air suling, bagian luar piknpmeter dilap sampai kering dan ditimbang,
- Dibuang air suling tersebut, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan ditimbang,
- Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
- 1. Hasil dan Perhitungan
Bobot Zat ( g )
|
10 g
|
Volume Bulk ( ml )
|
11,5 ml
|
Kerapatan Bulk (
|
0,869
|
Kerapatan Mampat
Bobot zat (gr)
|
10 gr
|
Volume Mampat (mL)
|
10,1 mL
|
Kerapatan Mampat
|
0,990
|
Kerapatan Sejati
Bobot Piknometer Kosong (gr)
|
9,6320 gr
|
Bobot Pikno + Zat Cair (gr)
|
31,0016 gr
|
Bobot Pikno + Zat Padat (gr)
|
27,0712 gr
|
Bobot jenis zat padat+cair
|
38,4291
|
Bobot Jenis Zat Cair
- 1. Alcohol 70%
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
34,0548 g
|
Bobot jenis zat padat + Zat Cair (g/ml)
|
0,9607 g/ml
|
- 2. Gliserin
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
32,6729 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
|
0,9062 g/ml
|
- 3. Minyak Kelapa
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
33,0129 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
|
0,9196 g/ml
|
- 4. Sirup Marjan Melon
Bobot Piknometer Kosong ( g )
|
9.6630 g
|
Bobot Pikno + Air ( g )
|
35,0525 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g )
|
44,4489 g
|
Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )
|
1,3700 g/ml
|
2. Pembahasan
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot
zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
desimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis.
Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan
volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian
kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan
bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Setelah piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain.
Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Akhirnya piknometer yang berisi sampel ditimbang.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat daripada penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer, tetapi biasanya dapat menunjukkan hasil yang tidak tepat.
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot jenis dan kerapatan zat. Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai yaitu asam borat sebanyak 10 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk, mampat dan kerapatan sejati. Pada kerapatan bulk, tidak diberi perlakuan apapun, zat yang akan dihitung kerapatannya langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volume bulk. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk. Berbeda dengan kerapatan bulk, pada kerapatan sejati memiliki perlakuan khusus, untuk memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 200 ketukan hingga zat yang ada di dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya dihitung kerapatan mampat. Untuk kerapatan sejati, asam borat yang dimasuk kedalam piknometer diisi dengan paraffin cair. Keberadaan paraffin cair untuk melarutkan asam borat. Selanjutnya hitung kerapatan sejatinya.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml, untuk kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 0,990 g/ml dan kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435. Jika dibandingkan antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,3068.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bobot jenis zat cair. Alat yang digunakan untuk menentukan bobot jenis zat cair yaitu piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat cair yaitu minyak goreng, gliserin, akohol dan sirup marjan melon, diperoleh bobot jenis yang berbeda – beda dari masing – masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml, bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml dan bobot jenis untuk sirup adalah 1,370 g/ml. Berdasarkan literatur, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,903 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,255 g/ml, bobot alkohol 0,8119 g/ml. Namun dari semua zat cair yang di ukur bobot jenisnya, sirup marjan melon memiliki bobot jenis yang paling berat dari yang lainnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).
- 2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi lebih besar.
- Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
- 4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus :
Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.
Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam borat tidak dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua pori asam borat.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
- Kesalahan pembacaan skala pada alat
- Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
- Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
- Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
- Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atu titik air dalam piknomter setelah dipanaskan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :- Kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml.
- Kerapatan mampat dengan sampel asam borat kerapatannya adalah 0,990 g/ml.
- Kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml.
- Bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml.
- Bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml.
- Bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml.
- Bobot jenis untuk sirup melon marjan adalah
2 SARAN
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan waktu dengan membagi beberapa praktikum kepada masing-masing kelompok. Alat-alat laboratorium agar segera dilengkapi untuk menunjang jalannya praktikum.
SKEMA KERJA
- Menentukan Kerapatan Bulk
Ukur volume-nya
|
Hitung kerapatan bulk
|
ASAM BORATSAM BORAT
|
- Menentukan Kerapatan Mampat
Ukur volume-nya
|
Hitung kerapatan bulk
|
ASAM BORATSAM BORAT
|
W4
|
W3
|
W1
|
+ asam borat + paraffin cair
|
ditimbang
|
+ asam borat 2/3 bgn
|
ditimbang
|
ditimbang
|
W2
|
+ paraffin cair
|
Hitung kerapatan zat-nya
|
ditimbang
|
W3
|
W2
|
W1
|
W3
|
W3
|
W3
|
Hitung Bobot Jenis Cairan
|
+ gliserin
|
+ minyak kelapa
|
+ sirup
|
ditimbang
|
ditimbang
|
ditimbang
|
+ alkohol
|
ditimbang
|
+ air suling
|
ditimbang
|
ditimbang
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim IndonesiaAnsel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ditjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”.:Jakarta
Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta
Lachman,Leon.1994.’’Teori Dan Praktek Farmasi Industri’’.Jakarta:Universitas Indonesia.
Sabtu, 30 April 2016
LAPORAN KIMIA TENTANG KOROSI
Biologi: LAPORAN KIMIA TENTANG KOROSI: LAPORAN KIMIA “PENGUJIAN KOROSI PADA PAKU” 1. A hmad Slavia 2. De wi...
Senin, 29 Desember 2014
soal-dan-pembasahan-osn-kimia-tingkat-nasional-2006
OLIMPIADE SAINS NASIONAL V
Semarang
4
- 9 September 2006
Bidang Kimia
UjianTeori
Waktu 4 Jam
Kamis, 8 September 2006
Departemen
Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
ManagemenPendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah
2006
Olimpiade Kimia Indonesia
UJIAN TEORI
Kamis 7 Setember
2006
Petunjuk :
- Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban)
Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat !
- Soal Teori terdiri dari 11 nomor
- Waktu yang disediakan: 4 jam.
- Semua jawaban harus ditulis di lembar jawaban yang tersedia
- Diperkenankan menggunakan kalkulator.
- Diberikan konstanta dan formula yang diperlukan, serta tabel periodik Unsur.
- Anda dapat mulai bekerja bila sudah ada tanda mulai dari pengawas.
- Anda harus segera berhenti bekerja bila ada tanda berhenti dari Pengawas.
- Letakkan jawaban anda di meja sebelah kanan dan segera meninggalkan ruangan.
- Anda dapat membawa pulang soal ujian.
Soal 1 (13 poin) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT
Koefisien reaksi merupakan langkah
penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi kimia berlangsung. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi kimia
berikut:
- Hg + HNO3 ® Hg2(NO3)2 + NO + H2O (1 poin)
- CuS + HNO3 ® Cu(NO3)2 + NO + H2O + S (1 poin)
- Au + NO3- + H+ + Cl- ® AuCl4- + NO + H2O (1 poin)
Anda
melarutkan 1 gram NaCl dalam campuran 90 mL larutan HCl pH=1 dan 10 mL larutan
0,1 M HAsetat (Ka = 1,8 x 10-5).
- Perkiranlah berapa pH campuran larutan tersebut. (2 poin)
- Berapa mL larutan NaOH 0,1 M yang dibutuhkan untuk menetralkan semua kandungan asam dalam campuran larutan tersebut. Tuliskan reaksi yang terjadi (3 poin)
- Setelah semua asam dinetralkan, bagaimana pH larutan tersebut ? Bersifat asam, basa atau netral. Jelaskan jawaban anda (3 poin)
Soal 2 ( 13 poin) MINERAL PERAK SULFIDA
Geologist
mengetahui komposisi mineral dengan menganalisis kandungan unsur atau senyawa.
Suatu sampel mineral perak sulfida, selain mengandung perak dan belerang, juga
mengandung unsur X (bilangan oksidasi +4). Massa perak dalam mineral ini
besarnya 11,9 kali massa X. Sebanyak 10
gram mineral ini bereaksi sempurna dengan 295 mL gas hidrogen pada 400K dan 1
atm dan menghasilkan perak sulfida, H2S dan XS. Jika diketahui R =0,082 L atm/Kmol.
- Tuliskan persamaan reaksi mineral tersebut dengan hydrogen. Dalam mineral, anggap jumlah atom perak = a dan jumlah atom X = b, koefisien lain harus dinyatakan dalam a dan atau b. (5 poin)
- Hitung jumlah mol gas hidrogen total yang digunakan pada reaksi tersebut. (2 poin)
- Hitung jumlah mol mineral tersebut yang dinyatakan dalam besaran b (2 poin)
- Hitung perbandingan a:b (2 poin)
- Hitung Ar X dan tentukan nama unsur X tersebut (2 poin)
Soal 3 (12 poin): ASAM SULFAT
Pada label botol asam sulfat pekat
tertera data: Konsentrasi 95-98%, 1 L = 1,84 Kg. Mr=98.
Untuk mendapatkan konsentrasi yang
tepat, seorang siswa mengambil 5,00 mL larutan pekat ini dan kemudian diencerkan dengan air sampai tepat
500,00 mL. Setelah itu, dia mengambil 2
sampel asam sulfat yang telah diencerkan ini, masing-masing sebanyak 10,00 mL
dan dititrasi dengan larutan Natrium hidroksida dengan konsentrasi b M.
Diperoleh data pemakaian larutan Natrium hidroksida terdekat sbb:
Sampel
|
1
|
2
|
Volume
Natrium hidroksida (mL)
|
a1
|
a2
|
- Tuliskan persamaan reaksi setara antara larutan asam sulfat dengan natrium hidroksida. (1 poin)
- Berapa konsentrasi asam sulfat yang telah diencerkan tersebut? Nyatakan jawaban anda dalam a1, a2 dan b dalam satuan M. (3 poin)
- Hitung persen massa asam sulfat pekat yang dinyatakan dalam a1, a2 dan b. (2 poin)
- Hitung fraksi mol asam sulfat pekat jika b(a1+a2)= 7,1702. (2 poin)
Kemudian, larutan asam sulfat tersebut
diencerkan terus dilakukan sampai diperoleh larutan dengan konsentrasi 1,0 x10-7 M.
Bila diketahui tetapan ionisasi kedua asam sulfat K2
= 1,2x10-2, maka:
- Tuliskan perbandingan konsentrasi spesi spesi kimia yang setara dengan K2. (1 poin)
- Tuliskan persamaan konsentrasi spesi spesi kimia selain [H+] dan [OH-] yang jumlahnya setara dengan 1,0 x10-7M (2 poin)
g. Hitung pH larutan asam sulfat encer tersebut. (1 poin)
Soal 4 ( 16 poin) SUPERNOVA E0102-72 dan BENTUK MOLEKUL
Sisa dari SupernovaE0102-72 yang berjarak 200000 tahun
cahaya dari bumi, diketahui memiliki kandungan oksigen milyaran kali lebih
banyak dibandingkan dengan kandungan oksigen yang ada di bumi. Karena temperaur yang sangat tinggi, atom
oksigen dalam supernova tersebut mengalami ionisasi berulang kali sehingga
menjadi spesi yang mirip atom H (O7+). Keberadaan ion ini terdeteksi dari garis
Lyman yang sangat spesifik yaitu transisi dari n=2 ke n=1.
- Hitung panjang gelombang garis Lyman ion O7+ tersebut jika diketahui tetapan Rydberg = 1,0974x107m-1 (3 poin)
b. Unsur lain dalam keadaan serupa/ mirip hidrogen yang juga terdapat pada supernova tersebut memiliki garis Lyman dengan panjang gelombang 1,2 nanometer (nm). Tentukan nama unsur tersebut. (3 poin)
Berdasarkan teori tolakan pasangan elektron, berbagai
molekul senyawa kimia dapat memiliki bentuk geometri tertentu. Molekul tersebut
dapat berbentuk lurus, piramida, seperti huruf V, huruf T dan sebagainya.
Berdasarkan teori tersebut,
gambarkan bentuk molekul senyawa
berikut dan perkirakan besar sudut-sudutnya:
H2O NH3 BrF3 HCN O3
(masing masing 2 poin)
Soal 5 (11 poin) KESETIMBANGAN
HETEROGEN.
Padatan
MgCO3 bila didiamkan dalam ruang tertutup akan terurai sesuai
reaksi kesetimbangan berikut ini:
MgCO3 (s) D MgO (s)
+ CO2 (g)
Pada temperatur 25 oC nilai Kp reaksi tersebut adalah 3 x 10-9
Berikut ini adalah data entalpi pembentukan senyawa senyawa yang berada
dalam kesetimbangan tersebut pada temperatur 25 oC:
Senyawa
|
DHof, kJ/mol
|
MgO (s)
CO2 (g)
MgCO3 (s)
|
-601,7
-393,5
-1095,8
|
Maka:
a. Tentukanlah DHo reaksi
pemanasan padatan MgCO3. Atas
dasar hasil yang diperoleh, apakah reaksi penguraian tesebut eksoterm atau
endoterm? (3 poin)
b. Berdasarkan nilai Kp, pada tempertaur 25 OC,
apakah MgCO3 cenderung terurai? (1
poin)
c. Bila pada 25oC dalam wadah tertutup terdapat
sejumlah MgCO3, berapa tekanan parsial CO2 ketika
tercapai keadaan kesetimbangan. (3 poin)
d. Berapa temperatur kesetimbangan bila
nilai Kp = 1 (4 poin)
Soal 6 (12 poin): Kinetika Reaksi
Reaksi penguraian
dimetil eter mengikuti persamaan berikut
:
(CH3)2O(g) ® CH4(g) + H2(g) + CO(g)
Pada temp. 450 oC nilai tetapan laju reaksi
(k) orde pertama sebesar 3,2´10-4 s-1.
Reaksi ini dilakukan dalam wadah tertutup dengan volume tetap. Asumsikan
semua gas yang terlibat adalah gas ideal.
a. Tentukanlah
persamaan laju berkurangnya dimetil eter berdasarkan hukum laju terintegrasi. (1 poin)
Pada saat awal
reaksi hanya terdapat dimetil eter yang tekanannya 0,35 atm. Setelah reaksi
berlangsung selama 8 menit,
b.
Hitung tekanan parsial
dimetil eter setelah 8 menit. (4 poin)
c.
Hitunglah tekanan di
dalam wadah tersebut setelah 8 menit. (2 poin)
Bila waktu paruh
(t1/2) reaksi orde pertama tersebut pada temperatur 500 0C
adalah 25 menit,
d.
Tentukanlah nilai
tetapan laju reaksi, k, pada temperatur 500 oC.
(2 poin)
e.
Tentukanlah energi
aktifasi, Ea, reaksi tersebut (3 poin)
Soal 7 (15 poin) SEL GALVANI
Diketahui garam Cr(NO3)3 dan Zn(NO3)2 mudah larut dalam air, pada keadaan
standard (25o, 1atm, 1M, potensial reduksi
Cr3+(aq) + 3e gCr (s) Eored=
-0,740 V
Zn2+(aq) + 2e gZn (s) Eored=
-0,763 V
a.
Ramalkanlah apakah
logam Cr dapat teroksidasi bila dicelupkan kedalam larutan Zn(NO3)2
, jelaskan (2 poin)
b.
Tuliskanlah notasi
sel Galvani yang dibuat dengan elektroda Cr dicelupkan dalam larutan Cr(NO3)3
1 M dan elekroda Zn dalam larutan Zn(NO3)2
1 M. (2 poin)
c.
Hitunglah tetapan kesetimbangannya (3 poin)
d. Perhatikan diagram berikut
ini:
i. Hitunglah potensial sel, Esel , pada 25oC
(3 poin)
ii. Tuliskan reaksi spontan yang terjadi bila
sel tersebut digunakan, tunjukkan mana anoda dan katodanya (3 poin)
iii. Bila jembatan garam adalah NaNO3, maka kearah
mana ion NO3- akan mengalir. (1 poin)
iv. Berapa potensial sel (Esel) bila sel galvani
tersebut mati. (1 poin)
Soal 8 ( 10 poin) ANALISIS KUALITATIF
Seorang siswa
melakukan percobaan reaksi identifikasi
larutan air (aqueous) senyawa anorganik sebagai berikut:
|
Asam
klorida
|
Asam
sulfat
|
Kalium
iodida
|
Natrium
hidroksida
|
Kertas
lakmus biru
|
Timbal(II)
nitrat
|
|
|
|
|
|
Barium
klorida
|
|
|
|
|
|
Natrium
sulfat
|
|
|
|
|
|
Tembaga(II)
sulfat
|
|
|
|
|
|
Ammonium
klorida
|
|
|
|
|
|
Dari pengamatan reaksi – reaksi
tersebut, ternyata ada yang bereaksi dan teramati namun ada pula yang bereaksi
dan tidak teramati oleh mata secara langsung.
Catat perkiraan pengamatan siswa tersebut dengan cara membubuhkan tanda
:
( ¯ ) =
bila terjadi reaksi dan terbentuk
endapan
( ) = bila terjadi reaksi dan terbentuk gas
( - ) = bila tidak terjadi reaksi kimia.
Tuliskan pula produk reaksinya.
Soal 9 (18 poin) Reaksi
senyawa organik
Selesaikan reaksi di bawah ini dalam
rumus bangunnya.
Soal 10. (23 poin) Sifat dan reaksi senyawa Organik
a). Terangkan mana yang lebih besar sifat basanya. ( 5 poin)
b). Bagaimana caranya membedakan :
(1). 1-propilamin dengan etil metil amina. (3
poin)
(2). 1-propanol dengan etanol (3
poin)
c). Tuliskan produk (A, B
dan C)
Masing masing langkah reaksi (2poin)
i.
ii. Jelaskan perbedaan reaksi SN1 dan SN2,
berikan contoh masing masing. (6
poin)
Soal 11. (16 poin) Identifikasi senyawa organik
Suatu senyawa organik mempunyai rumus molekul C5H8O2 (A). Untuk menentukan struktur A, dfilakukan reaksi sbb:
a. Bila A direduksi akan menghasilkan n-pentana (2 poin)
b. dan bila direaksikan dengan NH2OH.membentuk
oksim. (3 poin)
c. A memberikan reaksi positif terhadap reaksi Tollen’s (3poin)
d. dan A juga dapat
membentuk iodoform. (3poin)
Tulis semua reaksi yang dipakai untuk menentukan rumus bangun A.(5 poin)
# SEMOGA BERHASIL #
Formula dan konstanta yang dapat digunakan
R=
tetapan gas ideal= 8,3145J/K.mol =0,082 L.Atm/K.mol
K= 273 + oC
1/ l= Z2Rh(1/n12
– 1/n22)
Tetapan Rydberg = Rh=
1,0974x107m-1
DGo= -RT ln K
DG= DH -TDS
DGo= - nFEo
Persamaan Nerst:
Pada 25oC:
F= konstanta
Faraday=9,648x104 C= 9,648x104 J/V
Persamaan Arrhenius, tetapan laju reaksi, k = A.e-Ea/RT
Persamaan van Hoff:
Jawaban Soal 1 (13 poin)
KOEFISIEN REAKSI
- 6Hg + 8HNO3 ® 3Hg2(NO3)2 + 2NO + 4H2O (2 poin)
- 3CuS + 8HNO3 ® 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O + 3S(2 poin)
- Au + NO3- + 4H+ + 4Cl- ® AuCl4- + NO + 2H2O (1 poin)
LARUTAN
ELEKTROLIT
d. 1. NaCl (aq) ¨ Na+(aq) + Cl-(aq) larutannya bersifat netral
2. HCl(aq) ¨ H+(aq) + Cl-(aq) larutan asam kuat
3. HAst (aq) D H+(aq) + Ast-(aq) larutan asam lemah, Ka = 1,8 x 10-5,
sumbangan [H+] sangat kecil dibandingkan larutan HCl. (2 poin)
Maka pH larutan » pH larutan HCl » pH 1, karena [H+] terutama berasal dari
larutan (90 mL menjadi 100mL) HCl 0,1 M (pH=1).
e. Larutan HCl, pH=1, [HCl]= 0,1 M
Vol NaOH untuk menetralkan asam= (mol HCl + mol
HAst)/0,1M
= [(90x0,1) + (10x0,1)]/0,1M
=100 mL NaOH 0,1M (2
poin)
Reaksi: HCl (aq) + NaOH (aq) ¨ NaCl (aq)
+ H2O (l)
HAst (aq) +
NaOH (aq) ¨ NaAst (aq)
+ H2O (l) (1 poin)
f.
Setelah dinetralkan, larutan mengandung NaCl dan NaAst:
1. NaCl (aq)
¨
Na+(aq) + Cl-(aq) larutannya bersifat
netral
2. NaAst ¨ Na+
(aq) + Ast- (aq)
Hidrolisis anion asam lemah: Ast- (aq)
+ H2O (l) D
HAst (aq) + OH-
(aq)
Sehingga
larutan bersifat basa (pH >7) (3 poin)
Jawaban Soal 2 ( 13 poin) MINERAL PERAK SULFIDA
a.
AgaXbS(0.5a+2b) + bH2 ® 0.5aAg2S + bXS
+ bH2S (5 poin)
b. PV = nRT, n
= 1*0.295/0,082*400 = 9*10-3 mol (2 poin)
c.
9*10-3/b mol (2
poin)
d.
a:b =8:1 (2
poin)
e. Ar X = 72,6 namanya Germanium (2
poin)
Jawaban Soal 3 (12 poin): ASAM SULFAT
a. 2NaOH
+ H2SO4 ® 2 Na+ + SO42-+ 2 H2O (1 poin)
b. NaOH rata2 = [(a1 +a2)/2]mL;
konsentrasi NaOH = b M ;
NaOH = b(a1+a2)/2 mmol.
Jadi 10 mL asam sulfat =[0.5xb(a1+a2)/2]
mmol,
Konsentrasi asam sulfat yang telah diencerkan = 0.5
b(a1+a2)/2/10=. [b(a1+a2)/40]
M (3 poin)
c. Konsentrasi asam sulfat pekat = 100 b(a1+a2)/40
M= 2,5 b(a1+a2) M,
massa asam sulfat dalam 1 L = 98x2,5x b(a1+a2)
=245 b(a1+a2) gram,
massa asam sulfat = 100%x 245 b(a1+a2)/1840=13,31
b(a1+a2)%
(2
poin)
d. air = [1840-245 b(a1+a2)]
gram = [1840-245 b(a1+a2)]/18 mol = 4,6273
asam
sulfat =2,5 b(a1+a2) mol = 17,9256
fraksi
mol asam sulfat =17,9256/22,5529= 0,795 ( 2 poin)
e. K2 = [H+][SO42-]/[HSO4-] (1 poin)
f. [H2SO4]+[HSO4-]+[SO42-]
= 1,0 x10-7 (2 poin)
g pH
= -log [H+] = -log 2,4 x10-7 ~ 6,7 (1 poin)
Jawaban Soal 4 (16 poin):
SUPERNOVA E0102-72
a. 1/ l= Z2Rh(1/n12
– 1/n22) =82x1,0974x107m-1(1/1-1/4)
= 5,2675x108m-1
(2 poin)
l =0,019x10-8 m = 1,9
angstrom (1 poin)
b. 1/1,2x10-9m =Z2x1,0974x107m-1(1/1-1/4) Z2 = 101,25 (2 poin)
Z~ 10 = Neon (1 poin)
BENTUK MOLEKUL
H2O NH3 BrF3 HCN O3
Gambar
bentuk huruf V pyramid huruf
T lurus huruf V
Sudut 104o 107o 90o 180o <109o
Masing masing
2 poin
Jawaban Soal 5 (11 poin) KESETIMBANGAN
HETEROGEN.
a.
DHoreaksi =
(DHof MgO + DHof CO2)- (DHof MgCO3)=
(-601,7-393,5) - (-1095,8) = +100,6 kJ/mol. (2
poin)
Reaksi endoterm karena DHoreaksi
>0 (positif) (1
poin)
b.
Pada temperatur kamar 25 oC, MgCO3
cenderung tidak terurai karena nilai Kp yang sangat kecil. (1 poin)
c.
Kp
= pCO2 = 3 x10-9.
Tekanan CO2
dalam kesetimbangan =3x10-9 atm. (3 poin)
d.
= (1
poin)
» 576 K =303 oC (3 poin)
Jawaban Soal 6 (12 poin): Kinetika Reaksi
a. (1 poin)
atau
b. dan (1 poin)
integrasi dari tekanan awal Po pada
saat t=0 ke tekanan P pada saat t, diperoleh:
atau
(1 poin)
P= e-1,2034, P= 0,30 atm
Tekanan dimetil eter, (CH3)2O, setelah 8 menit = 0,30 atm (2 poin)
c. Tekanan total setelah 8 menit:
Ptotal= P(CH3)2O + PCH4+ PH2+ PCO
=0,30 + 3(0,35-0,30)= 0,45 atm (2
poin)
d. Reaksi order 1 : t1/2 = (2 poin)
e.
(3 poin)
Jawaban Soal 7 (15 poin) SEL GALVANI
a. (Zn2+(aq) + 2e gZn (s)) x3 Eored=
-0,763 V
(Cr3+(aq) + 3e gCr(s))x2 Eored=
-0,740 V
_______________________________________-
3 Zn2+ (aq) + 2 Cr (s)g 2 Cr3+(aq) + 3 Zn (s) Eosel =
+0,023 V
Logam Cr dapat
mereduksi ion Zn2+ (3 poin)
b. Notasi Sel:
Cr(s)
| Cr3+ (aq), 1 M || Zn2+(aq), 1 M |
Zn (s) Eosel = +0,023 V
(3 poin)
c. Pada 25oC:
Tetapan kesetimbangan reaksi, K =
216 (3 poin)
d. Reaksi: 3 Zn2+ (aq) + 2 Cr (s)g 2 Cr3+(aq) + 3 Zn (s) Eosel
= +0,023 V
i.
Esel =
-0,0055 V (terjadi reaksi kebalikan ) (3
poin)
ii. Reaksi yang terjadi adalah: 2 Cr3+(aq) + 3 Zn (s) g 3 Zn2+ (aq) + 2 Cr (s)
Ion Cr3+(aq)
akan mengoksidasi Zn (2
poin)
Anoda: Zn dan Katoda Cr (1 poin)
iii. Melalui
jembatan garam,Ion NO3- mengalir dari larutan Cr3+ ke larutan Zn2+ (1 poin)
iv. Bila sel mati, berarti Esel = 0 (NOL) (1 poin)
Jawaban Soal 8 ( 10 poin) ANALISIS KUALITATIF
|
Asam
klorida
|
Asam
sulfat
|
Kalium
iodida
|
Natrium
hidroksida
|
Natrium
tiosulfat
|
Timbal(II)
nitrat
|
¯
PbCl2
|
¯
PbSO4
|
¯
PbI2
|
¯
Pb(OH)2
|
-
|
Barium
klorida
|
-
|
¯
BaSO4
|
-
|
-
|
-
|
Kalsium
karbonat
|
CO2
|
CO2
|
-
|
-
|
-
|
Tembaga(II)
sulfat
|
-
|
-
|
¯
Cu2I2
|
¯
Cu(OH)2
|
-
|
Ammonium
klorida
|
-
|
-
|
-
|
NH3
|
-
|
Masing-masing 1 poin
Jawaban Soal 9 (18 poin) Reaksi
senyawa organik
Jawaban Soal 10. (23 poin) Sifat dan reaksi senyawa Organik
a)
Karena gugus
sikloheksil mendorong elektron sehingga pasangan elektron pada NH2
bebas lebih mudah diserang, sedangkan gugus fenil sifatnya menarik elektron,
sehingga pasangan elektron pada NH2 lebih dekat ke atom N, sehingga
tidak mudah diserang (5 poin)
b)
c). i.
Masing-masing produk 2 poin. Total 6 poin.
A B C
.
ii. Reaksi SN1:
adalah reaksi substitusi nuklefilik order 1, yang hanya tergantung dari
substrat (senyawa yang direaksikan) dan reaksinya melalui intermediet ion
karbonium. Produk yang
dihasilkan merupakan campuran rasemat (2
poin)
Contoh: (1
poin)
Reaksi SN2: adalah reaksi substitusi nukleofilik orde 2, yang
tergantung oleh substrat dan
pereaksinya. Reaksinya melalui ”Transition State” (keadaan transisi), sedangkan
produk yang dihasilkan adalah invers (kebalikan). (2
poin)
Contoh: (1 poin)
Jawaban Soal 11. (10 poin) Identifikasi
senyawa organik
OLIMPIADE SAINS NASIONAL V
Semarang
4
- 9 September 2006
Bidang Kimia
Ujian Praktek
Waktu 4 Jam
Rabu, 6 September 2006
Departemen
Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
ManagemenPendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah
2006
Olimpiade
Kimia Indonesia
UJIAN PRAKTEK
Rabu
6 Setember 2006
Petunjuk :
1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar
Jawaban)
Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat !
2. Waktu yang disediakan: 4 jam yang terbagi atas:
3. Ujian praktek tediri dari 3 percobaan
4. Dalam melakukan percobaan, anda dibagi atas 2 perioda waktu:
Perioda1: Kelompok 1 melakukan percobaan 1 dan
kelompok 2 melakukan percobaan 2 dan 3.
Periode 2: Kelompok 1 melakukan percobaan 2 dan 3, dan kelompok 2
melakukan percobaan 1.
5. Semua hasil percobaan dan Jawaban harus ditulis di
lembar jawaban yang tersedia
6.
Diperkenankan menggunakan Kalkulator.
7. Tidak diperkenankan untuk meminta tambahan sampel.
8. Soal boleh dibawa pulang.
Percobaan 1
Analisis
Kuantitatif
Penentuan
Komposisi magnesium hidroksida dan Aluminium hidroksida dalam obat maag
1. Pendahuluan:
Obat maag (tukak lambung) atau Antasida, adalah obat yang mengandung bahan-bahan yang
efektif menetralkan asam di lambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga
cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai). Penggunaan
antasida bertujuan untuk meredakan gejala mual-mual, perih, kembung atau
melilit akibat penyakit tukak lambung (sakit maag). Untuk mengatasi nyeri
lambung, di dalam sediaan antasida umumnya mengandung senyawa yang dapat
menetralkan asam lambung, sehingga mengurangi derajat keasaman lambung. Semakin
banyak kadar antasida di dalam obat maag, maka semakin banyak asam yang dapat
dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit maag dengan tuntas.
Zat utama
berkhasiat yang digunakan disebut Magaldrate, yaitu campuran aluminium
hidroksida dan magnesium hidroksida. Campuran ini sering juga disebut susu magnesium atau aluminium
hidroksida. Bila
masuk kedalam lambung, campuran aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida
sebagian akan dinetralkan oleh asam lambung, sehingga pH cairan lambung akan
naik. Nilai pH maksimum yang dapat
dicapai dan kemampuan mempertahankan pH cairan lambung sekitar 3,5-5, yang identik dengan pH Magaldrate.
Dalam
percobaan ini, anda diberikan contoh obat maag yang mengandung emulsi campuran
aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
Anda harus menentukan komposisi Magnesium hidroksida dan aluminium
hidroksida dengan melakukan titrasi asam-basa dan memilih indikator yang tepat.
Komposisi dalam obat maag anda tentukan
berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan.
2. Percobaan:
2.1. Peralatan dan Bahan Kimia:
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
|
Buret 25
mL
|
1
|
|
Pipet
gondok (pipet volumetri) 10 mL
|
2
|
|
Pompa pipet (Pipette
filler)
|
1
|
|
Labu
volumetri 100 mL
|
1
|
|
Erlenmeyer
250 mL
|
7
|
|
Gelas
kimia 250 mL
|
3
|
|
Botol
semprot 250 mL
|
1
|
|
Corong
tangkai pendek , f
5 cm
|
1
|
|
Statif
besi
|
1
|
|
Klem buret
|
1
|
|
Tissue
gulung
|
1
|
No.
|
Bahan
kimia
|
Keterangan
|
|
Larutan
HCl
|
Normalitasnya
ditentukan
|
|
Larutan NaOH
|
Normalitasnya
diketahui
|
|
Indikator
phenolptalein
|
Jangkauan
pH= 8,3-10
Warna
asam: tak berwarna
Warna
basa= merah
|
|
Indikator
metil jingga
|
Jangkauan
pH= 3,1- 4,4
Warna
asam: Merah
Warna
basa: Jingga
|
|
Indikator brom thymol blue
|
Jangkauan
pH= 6,0-7,6
Warna
asam= kuning
Warna
basa= biru
|
|
Mylanta
cair
|
Emulsi yang anda tentukan komposisinya
|
2.2. Prosedur percobaan
Anda melakukan percobaan dengan menggunakan
bahan Kimia dan perlengkapan yang tersedia.
Standarisasi larutan
asam (HCl)
- Masukkan larutan basa (NaOH) yang telah diketahui kenormalannya ke dalam buret, putarlah kran buret untuk membuang sejumlah basa sampai tidak ada gelembung udara di ujung buret.
Catatan:
Bacalah miniskus pada buret sampai 2 angka di belakang
koma Untuk memulai titrasi.kemudian
bukalah kran buret
- Ambillah sampel larutan asam (HCl) sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet gondok 10 mL ke dalam labu Erlenmeyer ukuran 250 mL.
- Tambahkan 3 tetes indikator (pilih yang sesuai menurut anda).
- Dengan menggunakan basa (larutan NaOH) yang sudah disiapkan dan diketahui kenormalannya, lakukan titrasi terhadap larutan asam tersebut.
Selama titrasi, labu Erlenmeyer hendaknya digoyang-goyangkan
agar terjadi percampuran yang homogen.
- Titrasi dihentikan bila telah terjadi perubahan warna indikator yang anda gunakan.
Catatan:
Untuk memudahkan
melihat titik akhir titrasi, yaitu dengan timbulnya perubahan warna indikator,
amatilah warna larutan dalam labu Erlenmeyer dengan kertas putih sebagai latar
belakang (background).
Penambahan basa
pada awal titrasi menyebabkan perubahan warna indikator agak cepat, tetapi
semakin mendekati titik ekivalen perubahan warna indikator mulai sukar hilang,
karena itu penambahan basa harus dilakukan setetes demi setetes sampai warna
indikator tidak berubah lagi
- Bacalah buret dan catatlah volume basa yang dipakai.
7. Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali (triplo).
Bila volume basa yang digunakan jauh berbeda, gunakan nilai yang
berdekatan. Ambil harga rata-rata dari percobaan
yang anda lakukan.
Hitunglah kenormalan asam menurut persamaan :
Va x Na = Vb x Nb
Penentuan kadar basa di dalam obat maag
- Ke dalam labu ukur 100 mL (telah disiapkan oleh asisten) yang telah berisi 5 mL larutan emulsi obat maag mylanta, tambahkan aquades sampai tanda batas. Kocoklah campuran dalam labu ukur tersebut sehingga menjadi homogen.
- Ambillah sampel emulsi di dalam labu ukur sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet gondok dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer berukuran 250 mL.
- Dengan menggunakan pipet gondok, tambahkan secara kuantitatif 10 mL larutan asam (HCl) yang telah ditentukan kenormalannya ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi ”sampel obat maag mylanta” tersebut, lalu goyang-goyangkan labu Erlenmeyer agar homogen.
- Tambahkan 3 tetes indikator yang tepat, dan titrasilah seperti pekerjaan di atas.
- Lakukan titrasi hingga terbentuk perubahan warna indikator yang stabil.
- Bacalah buret dan catatlah volume basa yang dipakai.
- Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali (triplo).
- Ambil harga rata-rata dari percobaan yang anda lakukan, lalu hitunglah kadar basa (OH) di dalam sampel obat yang anda titrasi.
Percobaan2
HIDROLISIS STARCH
(kanji)
Starch
(kanji) dan selulosa adalah merupakan polimer yang terbentuk dari ikatan 1-4
sesama unit glukosa. Perbedaan yang
mendasar dari kedua polisakarida adalah starch mempunyai ikatan glikosida alfa
sedangkan sellulosa mempunyai ikatan
glikosida beta. Sumber utama starch adalah beras, singkong, gandum, kentang,
ketela umbi dan lain-lain. Starch dapat dihidrolisa dalam suasana asam atau dengan adanya pengaruh enzim amilase (
yang terdapat dalam saliva) menjadi maltosa dan glukosa.
Larutan kanji 1%
sudah disediakan oleh petugas.
Pengumpulan Saliva 1 : 4
1.
Cuci mulut dengan cara berkumur – kumur menggunakan
air sehingga bebas dari sisa makanan.
2.
Tampung
bagian air liur bening dalam tabung reaksi
kurang lebih 1 mL.
3.
Tambahkan
4 mL aquades, aduk menggunakan pipet tetes.
4.
Larutan Saliva 1: 4 siap digunakan untuk menghidrolisis
larutan kanji.
Hidrolisis Enzimatis
1.
Ambillah
4 buah tabung reaksi masing-masing
berisi 2 mL larutan kanji 1 % yang sudah
diberi label: Blanko, 15 menit, 30
menit, 60 menit.
2.
Cantumkan nama anda pada keempat tabung reaksi tersebut.
3.
Kecuali pada tabung reaksi blanko, tambahkan
masing-masing 4 tetes saliva 1 : 4 ke dalam 3 tabung tersebut, catat waktu
ketika penambahan larutan saliva
tersebut dan kocok menggunakan pipet
tetes.
4.
Inkubasikan semua tabung pada suhu kamar.
5.
Setelah 15 menit, segera didihkan tabung berlabel 15
menit dalam penangas air selama 10 menit untuk menghentikan aktivitas
enzim,kemudian dinginkan.
6.
Lakukan pekerjaan yang sama pada tabung yang lainnya
setelah waktu mencapai 30 menit dan 60
menit.
7.
Setelah dingin, dilakukan beberapa test seperti prosedur
berikut:
Tes Iodium
1.
Ambil ± 1 mL larutan hasil hidrolisis dari
masing-masing tabung dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil, siasa larutan di
simpan untuk keperluan uji yang lain.
2.
Tambahkan
2 tetes larutan iodium 0,002 M
3.
Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
Uji TLC
1. Pada plat TLC yang telah
disediakan , pada titik A totolkan (menggunakan pipa kapiler kecil yang
disediakan petugas, 1 pipa untuk 1 larutan) standar glukosa, pada titik B
totolkan standar maltosa dan pada titik
C totolkan hasil hidrolisis pada
tabumg reaksi besar yang pada tes iodium memberikan warna paling muda
2.
Angin-anginkan
sampai kering kira-kira 2-3
menit.
3.
Tuangkan 5 mL eluent (1-butanol : asam asetat : eter :
air = 9:6:3:1) yang telah disediakan
oleh petugas ke dalam beaker glass 100 mL, letakkan plat TLC tersebut (dalam
posisi berdiri) kedalamnya dan tutup dengan aluminium foil.
4.
hentikan proses elusi bila jarak eluent mencapai 1 cm
dari ujung plat TLC, beri tanda batas
pada akhir eluent menggunakan pinsil.
5.
Dalam keadaan masih basah serahkan plat TLC tersebut pada
petugas untuk diidentifikasi dengan menggunakan larutan p. anisidin dan asam ptalat dalam etanol/H2SO4 1 M.
6.
Keringkan dengan cara menyimpannya di atas hotplate sebentar
(± 10 menit)
7.
Gambar spot yang
di dapat dan tentukan Rf nya.
Uji Osazon
1.
Siapkan
sebuah tabung reaksi bersih beri nama
anda.
2. Dengan menggunakan gelas
ukur 5 mL, masukkan 2 mL larutan hasil hidrolisis (yang pada tes iodin
memberikan warna paling muda).
3.
Tambahkan masing
-masing 5 mL larutan fenilhidrazin
4.
Panaskan tabung reaksi tersebut dalam waterbath
selama 15 menit
5.
Saring masing-masing endapan osazon yang terbentuk dengan
kertas saring yang telah diketahui massanya dan keringkan dengan cara disimpan
diatas hot plate selama 5 menit.
6.
Timbang kembali kertas saring beserta endapan yang di
dapat.
7.
Hitung massa
endapan osazon yang didapat.
8.
Masukkan endapan
dan kertas saringnya kedalam plastik yang telah disediakan, beri label
nama anda dan serahkan pada petugas untuk ditetapkan titik lelehnya.
PERCOBAAN 3
BENZIL ALKOHOL
Ada tiga jenis senyawa alkohol (primer,sekunder dan
tersier), dengan asam karboksilat dan katalis asam, alcohol tertentu dapat
bereaksi menghasilkan ester. Alkohol
dapat dioksidasi lanjut sampai menjadi asam karboksilat. Di bawah ini anda harus mengamati, mencatat
sifat–sifat fisik dan menuliskan reaksi yang terjadi dari benzil alkohol
Kelarutan
1. Masukkan masing–masing 5 tetes benzil alkohol dalam 3 buah tabung reaksi.
2. lakukan test kelarutan (
dengan menambahkan kira-kira 1 mL pelarut ) dengan menggunakan pelarut:
a. Air
b. Alkohol
c. Eter
3. Amati dan tentukan
kelarutannya
Oksidasi
1. Ke dalam tabung reaksi
masukkan 0,5 g kalium dikromat, tambahkan 5 mL asam sulfat encer dan 3 tetes benzil
alkohol, kocok sampai homogen.
2. Hangatkan dalam waterbath
sampai reaksi berlangsung dengan
sempurna (kira-kira 10 menit), angkat kemudian kocok dengan kuat.
3.
Catat baunya lalu
dinginkan selama 30 menit.
4.
Jika terbentuk endapan saring menggunakan kertas saring
dan bilas dengan aquades.
5. Amati endapan yang
terbentuk.
LEMBAR DATA dan JAWABAN PERTANYAAN
Percobaan 1
Nama Peserta :………………
Asal sekolah :………………
Provinsi :
Pengamatan
|
|||
|
Titrasi I
|
Titrasi II
|
Titrasi III
|
Volume larutan HCl |
10,75 mL
|
10,70 mL
|
mL
|
Pembacaan awal dari buret
|
mL
|
mL
|
mL
|
Pembacaan akhir dari buret
|
mL
|
mL
|
mL
|
Volume NaOH yang dipakai
|
mL
|
mL
|
mL
|
Volume rata-rata NaOH
|
VNaOH=10,73 mL
|
||
Perhitungan:
VNaOH = 10,73±0,54
Range: VNaOH = 10,19
–11,27
10,52-10,94 10 poin
10,36-10,51 dan 10,95- 11,11 5 poin
10,19-10,35 dan 11,12
-11,27 1poin
±
NNaOH = 0,1130 N
a= NHCl= 0,1211 N
range: a= 0,1151-0,1272 Max 10 poin
|
|||
|
|||
|
- Standarisasi larutan asam (HCl)
B. Penentuan kadar basa di dalam obat maag
Pengamatan
|
|||
|
Titrasi
I
|
Titrasi II
|
Titrasi III
|
Volume
sampel
|
mL
|
mL
|
mL
|
Volume
larutan HCl
|
mL
|
mL
|
mL
|
Pembacaan
awal dari buret
|
mL
|
mL
|
mL
|
Pembacaan
akhir dari buret
|
mL
|
mL
|
mL
|
Volume
NaOH yang dipakai
|
mL
|
mL
|
mL
|
Volume
rata-rata NaOH
|
VNaOH
= 8,65 mL ±0,45mL
|
||
NILAI:
VNaOH
= 8,20 –9,10
DV =±2%= 8,48-8,82 10 poin
8,34-8,47
DAN 8,83-9,00 5 POIN
8,20-8,33
Dan 9,01-9,10 1 poin
Perhitungan:
Emulsi yang diencerkan:
Atau
:
|
PERTANYAAN dan Jawabannya:
Hasil percobaan
1. Berapakah
keasaman atau pH larutan HCl yang anda tentukan kenormalannya?
NHCl
=0,1212
pH=-Log0,1212
=0,92 ±DpH = 0,89-0,93 (2poin)
2.
Apa indikator yang anda gunakan, Jelaskan alasan anda mengapa memilih indikator
tersebut untuk eksperimen ini? (2 poin)
Phenol pthalein
(Jangkauan pH= 8,3-10): karena
kesalahannya paling kecil. Pada titrasi asam kuat (HCl) oleh basa kuat (NaOH),
Titik akhir pH>7
3. Jenis titrasi apakah percobaan ini? (2
poin)
Alkalimetri (basa sebagai standar)
Titrasi Asam kuat-basa
kuat, TE = 7, TA>7, karena yang dititrasi adalah kelebihan asam Hcl (asam
kuat)
NaOH +
HCl"
NaCl +H2O
H+
+ OH- "
H2O
Al(OH)3 (s)DAl(OH)3 (aq) D Al3+(aq) + 3 OH-(aq)
Mg(OH)2 (s)DMg(OH)2 (aq) D Mg2+9(aq) + 2 OH-(aq)
4. Bila kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3
dalam emulsi tersebut sama (mg/L) makaberdasarkan data yang anda peroleh,
tentukanlah berapa masing masing kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3
(mg/L) dalam suspensi tersebut:
Jawaban:
Berat Al(OH)3
= Mg(OH)2 = x mg
Al(OH)3 (s)DAl(OH)3 (aq) D Al3+(aq) + 3 OH-(aq)
Mg(OH)2 (s)DMg(OH)2 (aq) D Mg2+9(aq) + 2 OH-(aq)
Mg(OH)2
+ 2 HCl à MgCl2
+ 2 H2O
Al(OH)3
+ 3 HCl à AlCl3 + 3 H2O
x/58
mol Mg(OH)2 x 2x/58 mol HCl ]
x/78 mol Al(OH)3 + 3 x/78 mol HCl ]
2x/58 mol + 3x/78 mol=0,00015743mol
(156 + 174) x = 0,7122 ; x = 2,1582 x 10-3
g
x = 0,00216 g / 10 mL = 2,16 mg / 10 mL sampel
=195-227mgram (10 poin)
Soal titrasi
Bila larutan asam lemah HX sebanyak 10 mL dengan konsentrasi (pH=3,2)
dititrasi dengan basa kuat MOH konsentrasi 10-2 M:
1. Jawab: pH = 3,2 à [H+] = 10-3,2 = 100,8 x10-4 = 6,31x10-4
[H+]
= (0,02 x Ka)1/2
[H+]2
= 0,02.Ka
(6,3x10-4)2
= 2x10-2 xKa
Ka = 39,82x10-8 / 2x102 = 19,91x10-6 = 1,99x10-5
pKa =
4,7 (5 poin)
2. Buatlah kurva titrasi dengan 5 titik pH!
(10 point)
-
Tentukan
[HX] berdasarkan nilai pH= 3,2
-
Titik
yang dapat digunakan: 0, dst
3.
Bila pada titrasi asam lemah tersebut sudah ditambahkan
larutanbasa kuat MOH sebanyak 10 mL, tuliskan persamaan reaksi dan peristiwa
apa yang terjadi?
a. Tuliskan persamaan reaksi dan larutan apakah yang
terbentuk?
Jawab: MOH + HX à MX + H2O
Sisa asam lemah
separuhnya, jadi terbentuk larutan buffer dengan pH = pKa (2
poin)
Hitung
lah juga pH larutan yang diperoleh.
Jawab: pH
= pKa – log[asam]/[garam], karena [asam] = [garam]
pH = pKa
= 4,7 (2
poin)
4.
Bila
digunakan larutan MOH dalam titrasi, pada saat volume yang bagaimana larutan
hasil titrasi akan mengalami peristiwa hidrolisis?
Jawab: Pada titil
ekivalent (1poin)
5. Hitunglah pH pada titik ekivalen!
pH. = 7 + ½ pKa + ½ log C
C = konsentrasi
garam MX = 0,2 mmol/30 mL = 6,67x10-3 M
pH = 7 + ½(4,7) + ½ (log 6,67x10-3)
pH = 7 + 2,35 + 1,09 = 10,44 (3 poin)
LEMBAR DATA dan JAWABAN PERTANYAAN
PERCOBAAN HIDROLISIS STARCH
Nama Peserta :………………
Asal sekolah :………………
Tes iodium
Catat perubahan warna yang terjadi !
Kondisi hidrolisis
|
Sebelum
penambahan
lar. Iodin
|
Sesudah
penambahan
lar. Iodin
|
Blanko
|
Jernih
|
Biru tua
|
30 menit
|
Jernih
|
Ungu
|
60 menit
|
jernih
|
Ungu
muda
|
Total
6 poin
Pertanyaan:
1. Enzim apakah yang terdapat dalam
saliva yang dapat menghidrolisis kanji?
Amylase (2
poin)
2. Pada tabung reaksi manakah terjadi
reaksi hidrolisis paling sempurna? Jelaskan !
Pada
Tabung reaksi 60 menit, terjadi perubahan warna menjadi ungu muda (2
poin)
Uji TLC
Ringkasan
Prosedur
|
Pengamatan
|
a. Jarak
Pelarut (eluent)
b. Jarak spot
hasil hidrolisis
c. Jarak spot
standar glukosa
d. Jarak spot standar maltosa
|
: 4,3 cm
: 1,7 cm
:
2,2 cm
:……. cm
|
Pertanyaan:
1. Berapa Rf standar glukosa dan maltosa yang anda dapat?
Rf
glukosa = 0,49-0,52 (2
poin)
Rf
maltosa = 0,38-0,42 (2
poin)
2. Berapa Rf hasil hidrolisis yang anda dapat?
Rf
= 0,40 (4
poin)
3. Bandingkan Rf
standar dan Rf hasil
hidrolisis yang anda dapat, apa yang dapat anda simpulkan? Rf yang sama dengan maltosa,
berarti terjadi hidrolisis kanji menjadi maltosa. (4 poin)
Uji
Osazon
Ringkasan
Prosedur
|
Pengamatan
|
1. Hasil hidrolisis + lar. Fenilhidrazin
2. Setelah pemanasan 15 menit
3. Bentuk dan
warna endapan
yang didapat
|
: kuning
jernih (2
poin)
: kuning
keruh (2 poin)
: Hablur halus berwarna kuning
(2poin)
|
Pertanyaan:
1. Berapa
massa endapan yang anda dapat?
Massa endapan = 0,095-0,105 gram (4
poin)
2. Tulislah persamaan reaksi antara glukosa dan
fenilhidrazinhidroklorida!
LEMBAR DATA dan JAWABAN PERTANYAAN
Percobaan 3
Nama Peserta :………………
Asal sekolah :………………
Provinsi :
Ringkasan Prosedur
|
Pengamatan
|
Kelarutan benzil
alkohol
Dalam air
Dalam Alkohol
Dalam Eter
|
: tidak larut (1 poin)
: larut sempurna (1 poin)
: larut sempurna (1 poin)
|
Oksidasi
Benzilalkohol+Kaliumdikromat+H2S04
encer
a. Sebelum pemanasan
b. setelah pemanasan 10 menit
(warna dan
bau)
c. Setelah pendinginan
d. Warna endapan
yang terbentuk
|
: larutan jernih
jingga (2 poin)
: coklat kehitaman
(bau aldehid) (2 poin)
: terbentuk
endapan (2 poin)
: Hitam kecoklatan (2 poin)
|
Pertanyaan:
1.
Jelaskan
mengapa terjadi perbedaan kelarutan benzil alkohol pada ketiga pelarut yang
digunakan pada percobaan diatas? (4 poin)
Karena Benzol alkohol memiliki
kepolaran yang tidak berbeda jauh dengan alkohol dan eter. Sedangkan kepolaran benzil alkohol jauh lebih
kecil daripada air sehingga benzil alkohol tidak larut dalam air. Prinsip:
kepolaran senyawa dan “Likes dissolve Likes”.
2.
Tuliskan
persamaan reaksi oksidasi benzilalkohol menjadi benzaldehida dan sampai menjadi
asam benzoat! (4
poin)
3. Bagaimana persamaan reaksi
jika benzilalkohol direaksikan dengan HCl pekat. Apakah alkohol alifatik primer
juga bereaksi dengan HCl? Jelaskan! Masing-masing 2 poin (Total: 4 poin)
(2 poin)
Alkohol alifatik primer dapat
bereaksi lambat dengan HCl. Diperlukan katalis sehingga bisa terjadi reaksi
lebih cepat berlangsung. Gambaran reaksinya
(2 poin)
4. Gambarkan secara garis
besar, yang menunjukkan bahwa benzilalkohol adalah
a. Suatu senyawa alkohol (2 poin)
Suatu senyawa benzilalkohol dapat
bereaksi cepat baik dengan PCl3 maupun HCl. Suatu benzilalkohol
dapat bereaksi dengan logam Na menghasilkan senyawa alkoksi dan air, tetapi
tidak dapat bereaksi dengan NaOH. Benzilalkohol dapat dengan mudah dioksidasi
menjadi benzaldehida dan asam benzoat.
b. Bukan senyawa fenol (2 poin)
Benzilalkohol bukan senyawa fenol
karena tidak dapat bereaksi dengan NaHCO3 atau NaOH, sedangkan fenol
bisa, karena sifat fenol yang asam dapat bereaksi dengan basa. Sedangkan
benzilalkohol baru bisa bereaksi dengan suatu basa yang lebih kuat, yaitu logam
Na. Benzilalkohol dapat dengan mudah dioksidasi menjadi benzaldehida dan asam
benzoat, sedangkan senyawa fenol sulit dioksidasi. Benzilalkohol dan fenol dapat juga dibedakan dari
strukturnya.
5. Jika senyawa aldehid atau
keton yang tidak mengandung atom hidrogen-α direaksikan dengan suasana basa (OH-) dapat
menghasilkan asam dan alkohol, reaksi tersebut dinamakan reaksi Canizzaro.
Tuliskan langkah-langkah reaksi
benzilakohol menjadi asam benzoat dan basanya kembali !
Langganan:
Postingan (Atom)